Senin, 13 Juli 2015

Proses Pembuatan Sepatu Sport & Pump

BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
        Perkembangan dalam dunia industry persepatuan semakin tahun  semakin berkembang baik dari model dan teknologinya. Berbagai inovasi produk sepatu banyak digencarkan oleh berbagai industri persepatuan. Hal ini diakibatkan karna tingkat konsumtif masyarakat yang semakin bertambah dalam dunia fashion dan berbagai tingkat kehidupan masyarakat. Dari tingkat kehidupan masyarakat inilah timbul tuntutan-tuntutan akan kualitas dan berbagai macam model baru khususnya produksi sepatu.
      Sepatu merupakan alas kaki (footwear) yang sudah lama digunakan oleh manusia yang berfungsi sebagai pelindung kaki dari serangan iklim dan benda- benda tajam. Sepatu tidak hanya cukup dari aspek kekuatan saja, tetapi juga membutuhkan bentuk design  yang menarik, sesuai dengan perkembangan zaman. Maka dari itu, selayaknya kami mahasiswa ATK, khususnya untuk Program Study Desain dan Teknologi Sepatu, dituntut untuk tidak hanya dapat membuat atau merancang saja bentuk- bentuk variasi dari sepatu itu sendiri, melainkan kita juga harus dapat membuat dari rancangan tersebut sampai menjadi barang jadi.
     Proses pembuatan sepatu dapat dilakukan secara manual dan menggunakan teknologi tinggi. Di dalam mata kuliah Tekhnik Sepatu Sistem Lem.
B.    Tujuan Praktek
1.      Mahasiswa mengetahui teori pembuatan sepatu sport dan pum
2.      Mahasiswa mampu mengaplikasikan teori-teori mengenai pembuatan alas kaki sistem manual,
3.      Mahasiswa mampu mengkaji hasil prakteknya dan mengoreksi untuk kedepannya, sehingga dapat memahami tata cara atau teknik pembuatan sepatu sport dan hal apa saja yang harus diperhatikan atau dihindari agar mencapai hasil yang baik,
4.      Mahasiswa mampu menguasai kompetensi dalam pembuatan alas kaki yang mencakup pengembangan sketsa dan desain, pembuatan pola hingga proses menjadi alas kaki,
5.      Mahasiswa mampu mengatur segala sesuatunya dalam setiap proses pembuatan sepatu sport. Hal ini terkait dengan efektifitas, produktifitas dan efisiensi termasuk dalam pemanfaatan waktu dalam pembuatan sepatu sport dan dalam pemanfaatan bahan praktek.
C.   Manfaat Praktek
1.      Sebagai dasar kompetensi bagi mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja industri pembuatan alas kaki/ footwear,
2.      Sebagai bekal bagi mahasiswa untuk merintis usaha mandiri pembuatan alas kaki
3.      Sebagai acuan sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap teori dan praktek pembuatan alas kaki sistem manual.















BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Pengertian Proses Pembuatan
      Menurut Basuki dan Indrati (1984) proses adalah bentuk kerja yang memiliki tiga arti, pertama adalah runtutan perubahan dalam perkembangan sesuatu, kedua berarti rangkaian tindakan atau pengolahan yang menghasilkan produk dan yang ketiga yaitu perkara dalam pengendalian.
       Menurut W. J. S Poerwodarminto (1985), proses adalah runtutan perubahan dalam perkembangan dalam sepatu, proses adalah urutan pelaksannan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain yang mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian dan sumber daya lainnya yang menghasilkan seuatu.
       Jadi dapat disimpulkan proses adalah runtutan serangkaian tindakan/proses dalam perkembangan sesuatu yang membutuhkan waktu,ruang,keahlian dan sumber daya lain yang menghasilkan sesuatu.
B.     Pengertian Sepatu
     Menurut Drs. Dwi Asdono Basuki, B.Sc, MM (2010), pengertian sepatu adalah pakaian untuk kaki, sedang kaki adalah anggota badan yang hidup dan bergerak, dengan bentuk asimetris pada structur dan gerakannya. Gerakan kaki adalah gerakan yang kompleks dari banyak tulang yang saling berhubungan. Oleh karena itu dalam membuat sepatu tidak boleh sembarangan, harus mengikuti anatomi kaki dan aturan – aturan secara ilmiah serta teknologi tertentu, sehingga hasil sepatu yang diperoleh dapat cocok dan sesuai serta enak dipakai pada kaki. Menurut Schachter (1986), sepatu merupakan bagian luar yang menutupi kaki. Kata itu biasa digunakan di United State sebagai sebuah istilah termasuk untuk jenis alas kaki dengan potongan rendah.
C.    Pengertian Sepatu Sport
     Sepatu adalah alas kaki yang pada umumnya digunakan untuk melindungi kaki. Banyak macam sepatu yang kita ketahui misalnya sepatu olahraga, sepatu kets , sepatu high heels dan lain-lain. Sepatu olahraga pertama kali diluncurkan pada tanggal 14 Juli 1916 dan saat itu sepatu tersebut di beri nama “kets” atau yang biasa kita sebut sepatu “kets”. Sepatu untuk olahraga dibuat pertama kali pada tahun 1917 oleh Converse.
      Lantas, bagaimana sejarah perkembangan sepatu dari masa ke masa? Tahun 1800 Sepatu beralaskan sol karet pertama dibuat dan dinamakan plimsolls. 1892 Goodyear dan perusahaan sepatu karet dari US Rubber Company, memulai memproduksi sepatu karet dan kanvas yang diberi nama Keds. 1908 Marquis M. Converse mendirikan perusahaan sepatu Converse. Perusahaan inilah yang membuat sepatu untuk olahraga basket pertama kali.

     Sepatu ini pula yang mengubah permainan bola basket lebih dari seabad dan menjadi ikon AS. 1917 Sepatu keds menjadi sepatu atletik pertama yang diproduksi secara massal. Di kemudian hari, sepatu ini disebut sneaker karena solnya lebih halus dan tidak menimbulkan suara decitan pada kondisi tertentu. 1920 Adi Dassler, pendiri Adidas, mulai memproduksi sepatu olahraga buatan tangan di kamar mandi ibunya. Ia membuat sepatu tanpa bantuan alat-alat listrik. 1924 Adi dan Rudolph Dassler, dengan bantuan 50 anggota keluarganya, mendaftarkan bisnisnya dengan nama Gebr der Dassler Schuhfabrik di Herzogenaurach, Jerman.

Ini menjadi awal berdirinya Adidas seperti sekarang 1948 Puma Schuhfabrik Rudolf Dassler didirikan. Sepatu sepak bola pertama Puma digunakan oleh tim sepak bola Jerman Barat. 1950 Sneaker menjadi sepatu pilihan di mana-mana.  Pasalnya, sepatu ini murah dan mudah diperoleh oleh seluruh anak muda di seluruh dunia. Selain sneaker, sepatu bertumit tinggi alias stiletto juga menjadi tren di awal 1950-an.
     1962 Phil Knight dan Bill Bowerman meluncurkan sepatu atletik berteknologi tinggi (pada masa itu) dengan nama Blue Ribbon Sports (BRS). Seiring dengan desain dan teknologinya yang baru, pada tahun 1968, nama mereka diganti menjadi Nike. Platform shoes dengan tumit setinggi 2-5 inci atau 5—12 sentimeter menjadi incaran pria dan wanita. Era 70-an juga merupakan awal kepopuleran sepatu model bakiak. 1990 Awal era ini diramaikan dengan jenis sepatu bersol rata, berwarna, dan persegi. 1995 Museum Sepatu Bata di Toronto, Kanada, resmi dibuka pada bulan Mei. 1998-2001 Sepatu lars menjadi salah satu sepatu yang populer di Indonesia. 2006-sekarang Model wedges shoes (berbentuk irisan) merupakan model yang populer di kalangan kaum perempuan. Di samping itu, sepatu-sepatu yang menawarkan kenyamanan bagi para pemakainya mulai menjadi pilihan banyak orang.

D.    Pengertian Sepatu Pump
     Pump shoes didaulat sebagai alas kaki terseksi dengan bentuk yang unik. Selain desainnya yang sedap dipandang, sepatu model ini juga kerap dilekatkan dengan beberapa nama beken baik lokal maupun mancanegara. Di wilayah artis lokal, pump shoes sering diklaim sebagai sepatunya Syahrini atau Mulan Jameela. Sebagian wanita, bahkan menyebutnya sebagai sepatu Lady Gaga.
     Sisi keseksian dari pump shoes adalah dibagian belakang haknya sangat tinggi, sementara di depan bentuk solnya tebal. Meski tinggi, pump masih dirasakan seimbang karena bantuan sol depan yang tebal semakin tebal semakin indah dilihat
     Selain permainan hak dan sol depan, pump terbaru juga diperkaya dengan pilihan warna warni yang menggoda, seperti merah glossy, biru, ungu, hitam, serta beragam aksen yang ditempelkannya. Karenanya pemakai sepatu ini akan mendapatkan kesan glamor dan kemewahan saat dikenakan
E.     Bagian dan Komponen Sepatu
1.      Bagian Atas Sepatu ( Shoe Upper )
Bagian atas sepatu adalah bagian sepatu yang terletak disebelah atas, merupakan bagian sepatu yang melindungi dan menutup sebelah atas dan saming kaki. Bagian atas umumnya terdiri dari beberapa komponen sepatu yang dirakit menjadi satu.
Bentuk Dasar Bagian Atas Sepatu
a.      Shoe Upper
1)      Vamp (bagian depan)
2)      Quarter (bagian samping)
b.      Top Line adalah garis yang mengelilingi pinggir / tepi bagian atas sepatu, merupakan garis batas antara bagian atas sepatu dengan kaki.
c.       Feather Edge adalah garis batas antara bagian atas sepatu dengan bagian bawah sepatu.
d.      Lasting Allowance
Apabila akan membuat pola (Pattern) untuk bagian atas sepatu, maka pada bagian feaher edge harus diberi tambshan 15 – 18 mm untuk proses lasting, yaitu proses pengikatan antara shoe upper dengan sol dalam.
2.      Bagian Bawah Sepatu (Shoe Buttom)
a.       Insole (Sol Dalam)
Sol dalam adalah sol yang letaknya paling dalam (sebelah kaki), yang dibatasi oleh pelapis sol atau kaos kaki. Sol dalam merupakan fondasi sepatu, bentuknya seperti telapak acuan, tempat untuk melekatkan bagian atas sepatu pada waktu proses lasting.
Sol dalam terdiri atas 2 (dua) bentuk, yaitu :
1)      Utuh, keseluruhan sol dalam hanya terdiri satu lapis saja
2)      Backed atau blended insole, yang terdiri dari dua lapis.
b.      Goodyear Insole
Adalah sol dalam untuk pembuatan sepatu dengan konstruksi pita Goodyear, mempunyai keistimewaan tertentu sebagai berikut : satu atau dua bibir sol dalam (lip) dibuat tegak melingkar pada bagian sisi luar sol dalam, atau dengan cara lain, bahan yang terpisah berbentuk pita (welt) dipasang pada bagian sisi luar sol dalam. Bagian atas bersama – sama pita kemudian dijahitkan pada bibir sol dalam dengan arah mendatar. Setelah itu baru sol luar dijahitkan pada pita dengan arah tehak.
c.       Covered Insole (Sol Bungkus)
d.      Bottom Filling (pengisi)
Komponen ini digunakan untuk mengisi rongga yang terdapat diantara sol luar atau sol tengah.
e.       Middle Sole (sol tengah)
Adalah komponen yang terletak diantara sol dalam dan sol luar. Sol ini merupakan sol perantara, yang menghubungkan antara sol dalam dengan sol luar.
f.        Runner
Adalah nama lain dari sol dalam pada jenis Stich down shooes / Veldt shoen. Bagian atas dilasting pada runner, kemudian bersama – sama dengan pita tipis dijahitkan dengan sol luar.
g.      Outer Sole (Sole Luar)
Sol luar adalah komponen penutup paling luar bagian bawah sepatu, berfungsi sebagai alas sepatu sol luar dibuat dari bermacam – macam bahan.
1.      Komponen pendukung sepatu
Komponen penting lain sebagai pendukung sepatu agar sepatu tersebut etap tidak berubah bentuk, menjadi kuat, flexibel dan enak dalam pemakaian (comfortable).
a.       Toe puff / Toe box (pengeras ujung)
Pengeras ujung adalah komponen penguat yang dipasang pada bagian ujung sepatu (toe), diletakan diantara komponen bagian atas dan pelapis. Bahan untuk pengeras ujung antara lain adalah : kulit sol, tekstil yang dilapis / kain keras atau bahan sintetis.
Maksud pemasangan komponen ini adalah :
1)      Agar dapat memberibentuk pada bagian ujung sepatu sewaktu proses pembuatan.
2)      Menjaga agar bentuk bagian ujung sepatu tetap stabil
3)      Untuk melindungi bagian ujung kaki dari rasa sakit, apabila terkena benda keras. Biasanya untuk sepatu pengaman (safety shoes) penguat ujung dibuat dari logam baja (steel toe)
b.      Stiffener / Counter (pengeras belakang)
Stiffener biasanya dibuat dari fibre board atau leather board, dipotong menurut kebutuhan kemudian diseset pada bagian tepinya dan dicetak sesuai dengan bentuk bagian tumit acuan. Stiffener / counter dipasang pada bagian tumit di antara bagian atas dan pelapis, dengan tujuan untuk menjaga atau menyokong bagian belakang sepatu agar bentuknya tetap stabil dan agar supaya tumit kaki dapat dipegang erat oleh sepatu.
c.       Shank (penguat tengah)
Penguat tengah umumnya dibuat dari bahan logam tahan lenting atau kayu yang liat dan ulet, dipasang pada bagian pinggang sepatu. Penguat tersebut dipasang antara sol dalam dan sol luar / sol tengah.
d.      Sock linning (tatakan)
Sock Linning adalah komponen sepatu yang fungsinya sama sebagai pelapis agar supaya enak dalam pemakaian, diguanakan untuk melapis seluruh atau sebagai sol dalam.
e.       Eyelets (mata ayam)
Mata ayam adalah komponen dari bahan logam seperti pipa, berdiameter ± 5mm, tidak berkarat. Dipasang pada lubang yang dibuat pada daerah facing stay. Mata ayam berfungsi untuk tempat memasang tali sepatu, menjaga dan melindungi tali sepatu agar supaya tidak cepat aus atau putus.
f.       Laces (tali sepatu)
Tali sepatu adalah komponen berbentuk tali dengan panjang rata – rata 75 cm, dibuat dari bahan cotton atau nylon, berfungsi untuk mengikat kedua bagian ujung komponen quarter in dan out yang dipasang pada lubang mata ayam pada daerah facing stay.

F.     Mesin Jahit
1.      Mesin jahit
      Mesin jahit dasarnya mesin jahit yang digunakan pada bagian jahit (closing room) dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori mesin jahit (sewing machine). Mesin jahit yang digunakan selama praktikum berlangsung ialah :
a.      Flat Bed Sewing Machine
     Adalah mesin jahit yang cara menjahitnya terletak pada bidang mendatar / rata. Mesin jahit ini dapat dioperasikan dengan atau tanpa listrik (elektro motor).





        Gambar Flat Bed Sewing Machine
b.    Post Bed Sewing Machine
      Mesin jahit ini mempunyai area kerja yang menonjol ke atas (post), sehingga dapat mempermudah mengikat dan menjahit pada bagian – bagian yang sempit dan tertutup (tersembunyi). Mesin jahit ini dioperasikan dengan elektro motor.

 





          Gambar Post Bed Sewing Machine
c.       Flat Bed Sewing Machine
      Mesin jahit ini mempunyai area kerja yang memanjang ke samping / horisontal seperti tangan (arm) yang berbentuk silinder, sehingga dapat bekerja untuk menjahit pada tempat – tempat yang tertutup dan tersembunyi. Mesin ini dapat dioperasikan dengan atau tanpa listrik




 



             Gambar Flat Bed Sewing Machine
d.      Mesin jahit zig-zag
       Mesin ini landasannya seperti mesin jahit flat bad yang landasan kerjanya datar, namun hasil jahitan yang dihasilkan mesin ini bentuknya zig-zag. Mesin ini biasanya digunakan untuk jahitan sambungan dengan posisi bahan yang akan disambung sejajar. Contoh jahitan sambung antara bagian belakang quarter dengan bagian belakang quarter yang satunya (pada bagian tumit).
e.       Mesin jahit automatic
         Mesin ini digunakan oleh perusahaan besar. Mesin ini menggunakan sistem computerize dalam pengerjaannya, mesin ini dapat digunakan untuk jahitan – jahitan.
Langkah – langkah mengoperasikan mesin jahit
1)      Roller foot diangkat dengan menggunakan hand lifter
2)      Memasang benang bawah (bobbin thread)
3)      Memasang jarum
4)      Memasang benang atas
5)      Menarik benang bawah (bobbin) keatas
6)      Uji coba menjahit
7)      Apabila hasil uji coba menjahit baik, baru kemudian digunakan untuk menjahit bahan yang sesungguhnya.
2.      Jarum
a)      Fungsi jarum pada mesin adalah :
(1) Untuk membentuk loop (lubang), karena jarum membawa benang menembus bahan yang akan dijahit.
(2)Untuk memperbesar loop dengan cara membuat gerakan naik (sedikit) keatas
(3)Untuk menentukan posisi benang atas diantara 2 setik, dengan bantuan jarum yang mempunyai cutting point.
b)      Klasifikasi Jarum
(1)    Cloth Point atau Non Cutting
Jarum ini mempunyai bentuk ujung yang membulat dan dibuat untuk membuat lubang bulat pada bahan dengan cara menyingkapkan ke samping serat – serat benag. Jarum ini biasanya digunakan untuk menjahit kain, namun dapat pula digunakan untuk menjahit kulit tipis.
(2)   Leather Point atau Cutting Point
Jarum ini dibuat untuk dapat menembus bahan yang susunan seratnya lebih rapat (seperti kulit), dengan gesekan seminimal mungkin dan terasa lebih ringan menembus bahan.
c)      Bagian – baian jarum
(1)   But (tip cone) adalah bagian paling atas dari sebuah jarum
(2)   Shank adalah bagian pangkal yang paling tebal
(3)   Shoulder adalah bagian yang memperkuat jarum
(4)   Blade (bilah jarum) adalah bagian dari jarum yang menembus bahan
(5)   Point adalah bagian ujung jarum , meliputi mata dan titik (tip) jarum
2.      Benang
1)      Bahan untuk membuat benang
(a)     Serat alam
(b)   Sera buatan
2)      Konstruksi benang
Arah pilinan / belitan (twist) harus disesuaikan dengan gerak dari mesin jahit. Hampir seluruh mesin jahit lock stich menggunakan konstruksi belitan Z (sesuai arah jarum jam). Sedang jenis – jenis mesin jahit puritan, lefthand post machine dan beberapa mesin dengan jarum ganda (twin needle) menggunakan konstruksi S (berlawanan dengan arah jarum jam)
(a) Benang blended
      Konstruksi benang ini merupakan kombinasi antara kekuatan tarik dari benang – benang CF dengan kemampuan jahit dari serat – serat benang yang melapisinya (staple fibres).
(b) Monocord
      Konstruksi benang ini terdiri atas satu benang yang tersusun dari beberapa serat
(c) Monofilament
     Konstruksinya terdiri atas satu benang, agak tebal dari bahan CF dan kadang – kadang transparan. Benang ini kurang baik digunakan untuk menjahit komponen bagian atas sepatu, sebab tidak flexibel, mudah putus dan kadang – kadang berserabut.
(d) Plaited
       Beberapa jenis benang dibuat untuk digunakan pada mesin jahit otomatis (autostitcher)
(e) Braided
       Benang braided bentuknya seperti plaited, tetapi memiliki lebih dari tiga benang penyusun. Jenis benang ini biasanya digunakan untuk menjahit bagian sol (bottom)
3)      Syarat – syarat benang
Kualitas benang yang digunakan untuk menjahit komponen bagian atas sepatu ditentukan oleh beberapa faktor.
(a)    Ketahanan Putus (Breaking Strenght)
Benang tidak hanya mempunyai ketahan pada jahitan, tetapi juga tahan terhadap tarikan pada saat proses penjahitan.
(b)   Elasticity
Sifat elastis harus dimiliki oleh banang. Hal ini akan terlihat pada saat proses lasting ataupun pada saat sepatu dipergunakan. Tetapi, terlalu elastis malahan tidak baik, karena akan dapat menimbulkan jarak yang berbeda pada jahitan.
(c)    Appearance
Penampilan dari jahitan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan, khususnya apabila menginginkan hasil jahitan yang rapi, seperti jahitan fancy.
(d)   Uniformity
Keseragaman benang sangat esensial apabila menginginkan mesin jahit dapat bekerja tanpa tekanan.
(e)    Ketahanan terhadap gesekan, bakteri dan proses pencetakan (Moulding)
Hal tersebut sangat penting untuk benang agar tetap tahan selama proses dan pemakaian.
(f)    Kemampuan bahan untuk diberi pelumas
Banyaknya gesekan sebagai penyebab kerusakan bagi kebanyakan benang ketika proses penjahitan.
(g)   Harga
Apabila menginginkan hasil jahitan yang bermutu baik, maka gunakanlah benang yang bermutu tinggi / memenuhi standar. Oleh karena itu faktor harga perlu menjadi pertimbangan untuk memilih benang.
G.    Bahan Material Shoe
1.      Shoe Upper Leather
3.      sifat – sifat kulit samak
      Kulit samak (leather) sebagai bahan bagian atas sepatu ( Shoe upper) mempunyai sifat – sifat phisik khusus, yang berbeda sama sekali dengan fabric / kain atau sintetis, sehingga karena sifat  - sifat tersebut diperlukan suatu metode pemotongan (pattern cutting) yang tertentu pula.
4.      Kwalitas secara keseluruhan kwalitas kulit ditentukan dengan melihat seluruh bagian kulit, ketebalan yang merata dan tidak gembos dapat dianggap sebagai kulit yang berkwalitas tinggi. Umumnya dalam selembar kulit, kwalitasnya dapat dibagi dalam 5 tingkatan yaitu :
(1)   Bagian croupon (Butt)
(2)   Bagian bahu (shoulder)
(3)   Bagian leher (neck)
(4)   Bagian paha (shank)
(5)   Bagian perut (belly)



5.      Kemuluran kulit
      Dalam satu lembar kulit, apabila diteliti dan diperhatikan maka akan terlihat adanya kemuluran pada seluruh bagian.
      Pada beberapa tempat mempunyai tingkat kemuluran yang tinggi, sedangkan pada bagian lainnya hanya sedikit dan kadang – kadang malahan tetap (seperti bagian croupon dan leher). Bagian perut cenderung lebih mundur dari bagian – bagian lainnya.  
6.      Macam – Macam Shoe Upper Leather
(1)   Kulit box
(2)   Kulit glace
(3)   Kulit Suede
(4)   Gold Leather
(5)   Patent Leather
(6)   Kulit Reptil
(7)   Linning Leather
d)      Shoe Bottom Leather
      Kulit untuk bagian bawah (Shoe bottom leather) terdiri atas sol dalam, sol tengah dan sol luar.
1.      Syarat – syarat bahan untuk bagian bawah sepatu
1)      Mempunyai sifat – sifat kemuluran
2)      Mempunyai sifat – sifat Hydrofiel
3)      Ketahanan AUS
2.      Macam – macam bahan Shoe Bottom Leather
1)      Kulit Sol ( Sole Leather)
      Kulit sol biasanya dibuat dari kulit sapi kering dengan berat kulit mentah 7 kg keatas per lembar, dan disamak dengan zat penyamak nabati. Untuk membuat kulit sol diperlukan syarat – syarat phisis tertentu, misalnya mempunyai daya tahan gosok / aus yang tinggi, kereganagan yang kecil, tebal yang cukup dan beratnya yang cukup juga.
(a)    Kulit Sol Samak Nabati
(b)   Leather Board
H.    Proses Pembuatan
      Pada proses pembuatan alas kaki melalui banyak proses yang menentukan kualitas barang jadi yang dihasilkan. Disamping kualitas dari material yang digunakan serta sarana dan prasarana, maka sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan setiap proses pembuatan alas kaki yang memenuhi standar kesehatan, keenakan pakai (fitting) dan estetika / keindahan.
1.      Penyesetan
      Ada beberapa sistem pembuatan sepatu yaitu sistem potong pas atau lipatan, pada sistem lipatan kita harus melakukan perlakuan khusus pada kulit, yaitu penyesetan. Penyesetan adalah perlakuan pada kulit untuk mengurangi ketebalan kulit pada bagian daging atau flesh side dengan ketebalan tertentu.ada beberapa bagian atasan sepatu yang diseset untuk keperluan tertentu.
 




                              Gambar penyesetan
Tujuan penyesetan adalah:
(a)      Untuk membantu proses pelipatan,
(b)     Menghindari penumpukan atau penebalan sambungan dan lain-lain,
(c)      Praktis, karena jauh lebih mudah dalam proses pengerjaan selanjutnya,
(d)     Untuk keindahan dan kenyamanan pada saat sepatu digunakan,
(e)     Untuk memperkuat melekatkan lem apabila akan dilipat.
Yang perlu diperhatikan saat melakukan penyesetan:
(1)   Kulit harus tetap kompak nerfnya dan tidak berkurang kemulurannya,
(2)   Permukaan kulit jangan sampai rusak atau cacat.
2.      Pelipatan
      Pelipatan adalah proses merapikan atau melipat bagian tepi komponen kulit atasan sepatu agar terlihat rapi. Bahan yang akan harus sudah melalui proses penyesetan,kemudian masuk proses pelipatan. Penyesetan kulit yang akan dilipat adalah dua kali lebar lipatan.





 





Gbr. Lipatan Cembung
 





Gbr. Lipatan Lurus
 





Gbr. Lipatan Cekung
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pelipatan:
a)      Gunakanlah pola standart saat proses melipat,
b)        Lemharus diulas dengan rata,
c)        Pemukulan saat proses pelipatan harus dengan pukulan ringan,
d)       Pada saat melipat bagian cekung kulit dipotong miring setengah lebar lipatan,sedangkan saat melipat bagian cembung dibantu dengan alat yang runcing (misal uncek).
3.      Menjahit
Menjahit adalah membentuk setik-setik pada suatu bahan yang dijahit dengan menggunakan benang jahit dengan tujuan merakit, memperkuat. Pada dasarnya proses menjahit adalah proses penggabungan dua bagian atau bahan yang terpisah.
Terdapat tiga macam jenis setik, yaitu :
a.       Setik jelujur dibuat / dibentuk dengan setiap kali menarik benang yang ditusukan ke dalam bahan dengan bantuan jarum. Setik jelujur dapat dikerjakan dengan tangan.
b.      Setik Rantai (Chain Stitched)
Setik rantai mudah dilepas apabila setik paling ujung ditarik.
c.       Setik kunci (Lock Stitched)
Setik kunci tidak mudah lepas, tanpa harus melepas salah satu benang  (benang atas atau benang bawah). Bentuk setik yang terjadi pada kedua permukaan bahan yang dijahit sama. Konstruksinya terdiri atas dua benang, benang atas mengumpan jarum untuk menembus dan benang kedua terletak pada spool / boobin pada bagian bawah (bed).
Macam – macam jahitan
1)      Closed Seam
        Umumnya digunakan pada : jahit tumit (heel seam), jahit depan (front seam), mudguard to vamp, plat form cover, dan jahit vamp quarter. Dua komponen sepatu yang akan disambung dilekatkan menurut permukaannya kemudian dijahit, apabila dibuka maka bagian pinggir dan jahitannya akan tersembunyi pada bagian sebelah komponen sepatu. Umumnya lebar jahitan adalah 1  mm dari tepi dan dijahit hanya satu baris.




Gambar closed seam
2)      Rabbing dan Taping (Brooklyn Seam)
      Jahitan ini biasanya untuk menjahit tepi sebelah dalam bagian tumit sepatu, setelah itu permukaan komponen sepatu kemudian diampelas halus atau dipukul – pukul ringan untuk memperhalus bentuk permukaannya (rubbing)
3)      Silked Seam
      Bentuk yang lain adalah dengan menggunaka pita dari kain yang ditempelkan pada sebelah luar dari jahitan (jahit vamp atau quarter), kemudian pita tersebut dijahit ganda pada bagian tepinya. Mesin jahit yang digunakan adalah flat bed dengan jarum ganda. Yang perlu diperhatikan adalah jahitannya harus sejajar, teratur rapi dan seimbang jaraknya dengan jahitan pada sisi sebelah dalam.






                         Gambar Silked Seam
4)      Lapped Seam
      Jenis jahitan ini umumnya dipakai untuk menyambung antara komponen vamp dengan quarter, toe cap dengan half vamp, appron dengan wing, dan sewaktu memasang bagian boxing.




                      Gambar Lapped Seam
5)      Butted Seam / Zig  Zag Seam
     Komponen – komponen sepatu yang akan dijahit dipasang berdampingan pada masing – masing pinggirnya
kemudian dijahit zig – zag dengan menggunakan mesin flat bed yang khusus.





                             Gambar Zig  Zag Seam
6)      Welted Seam
      Welted Seam merupakan salah satu bentuk variasi dari closed seam, digunakan untuk bahan yang tebal. Selembar pita dari bahan sejenis disisipkan diantara dua komponen sepatu kemudian dijahit.
7)      Piped Seam
      Konstruksi jahitan ini mirip dengan welted closed seam, perbedaannya terdapat pada pengunaan tali berbentuk pipa yang dipasang diantara kedua komponen. Warna pipa umumnya berbeda dengan warna komponen sepatu untuk memberikesan kontras.
8)      Open Seam
      Konstruksi open seam adalah jahit sambungan balik, merupakan bentuk jahitan yang berlawanan dengan closed seam, sisi yang paling melekat adalah bagian daging. Bagian tepi dari komponen yang disambung jahit terletak pada sisi sebelah luar sehingga kelihatan.


Gambar Open Seam
9)      Bonded Seam
      Untuk konstruksi bonded seam maka pengikatan antar komponen dengan menggunakan (adhesive) serta prosesnyamenggunakan panas dan tekanan.
10)  Welded Seam
       Welded Seam meruapakan bentuk ikatan dari dua atau lebih komponen yang cara penempelannya adalah dengan menggunakan panas berfrekuensi tinggi (high frequency hea)t.
11)  Moccasine Seam
      Jahitan Moccasine bentuknya sejenis dengan open seam, dapat dikerjakan dengan tangan atau mesin. Jahitan moccasine digunakan untuk menyambung komponen apron dengan wing pada model sepatu moccasine. Kedua komponen yang akan dijahit sebelumnya diseset, kemudian dibuat lubang dengan plong.
12)  Sprung Seam
      Jahitan ini digunakan pada bagian – bagian sudut sewaktu memasang apron dan pada bagian ujung sepatu. Untuk mencapai hasil yang baik, maka kedua bagian yang akan dijahit dipotong melengkung berlawanan, setelah itu baru dijahit
BAB III
PEMBUATAN SEPATU PRIA MODEL SPORT
A.           Skema Umum Proses Pembuatan Sepatu Sport
DESAIN
 


UPPER                                                          BOTTOM                 
  Pemolaan         
In Sole
Out Sole
 

                                                                                                                                  
Pola In Sole
sol
Pemotongan
 

                 
Penyesetan
(Skiving)
In Sole
Pemotongan
Pelipatan
(Folding)
 





Perakitan/ Penjahitan
                       
Lasting
Pengkasaran/ Amplas
 





                 
Assembling
 


                       
Finishing
                       
Barang Jadi
 


Gambar Skema umum proses pembuatan sepatu sistem manual.






B.           Proses Persiapan
1. Alat dan bahan yang dibutuhkan
a)      Alat

-            Pensil
-            Penghapus
-            Penggaris
-            Cutter
-            Cuting mat
Gunting
-            Acuan
-            Tinta perak
-       Mesin jahit
-       Mesin seset
-       Palu
-       Tang lasting
-       Mesin buffing
-       Korek api
-       Paku lasting

b)      Bahan

-          Kertas manila
-          Paper tape
-          Kulit
-          Linning
-          Filler
-          Lilin

-          Uncek
-          Texon
-          Lem latex, lem fox, lem pc, lem G600

C.Proses Pembuatan Atasan Sepatu Sport
      Dalam proses pembuatan atasan sepatu ini adapun langkah-langkahnya yaitu :
1.      Proses pembuatan desain
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Pensil
·         Kertas
·         Penghapus
·         cutter
b.      Proses pengerjaannya
Pemilihan desain sepatu sport yang telah ditentukan. Setelah itu amati beberapa komponen yang ada di dalam sepatu sport yang telah di pilih. Inilah desain sepatu sport yang telah dipilih :
2.      Proses pemilihan acuan
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Acuan
b.      Proses pengerjaannya
Untuk membuat sepatu, kita harus menentukan model apa yang akan kita buat salah satunya acuan adalah salah satu alat yg digunakan untuk menentukan model sepatu yang akan kita buat. Acuan akan menentukan bentuk dan ukuran sepatu yang akan di buat. Oleh karena itu pemilihan acuan sangat penting dalam proses pembuatan sepatu.
Gambar Acuan Sport
                          
3.      Proses membalut acuan
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Acuan
·         Paper tape
b.      Proses pengerjaannya
            Untuk membuat pola sepatu yang telah ditentukan, pertama-tama kita balut seluruh bagian upper (atas) acuan. Pembalutan dilakukan secara melintang dengan saling menumpangi antar papertip dan setelah itu akan menghasilkan seperti ini
                                                         Gambar  membalut acuan
4.      Proses pembuatan menform
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Acuan yang sudah dibalut
·         Kertas manila
·         Pensil
·         Penghapus
·         Pita ukur
b.       Proses pengerjaannya
Untuk membuat menform kita dapat menggambar pola diatas balutan acuan sesuai dengan gambar dan titik penting yang telah ditentukan. Acuan yang telah dibalut selanjutnya mencari titik S, V, Q dengan menggunakan pita ukur yang mana cara menghitungnya V = 7/10 SL, S = 1/5  SL. Kemudian potong papertape menggunakan cutter dari tengah acuan, lepas papertape dari ujung ke belakang secara pelan-pelan, kemudian tempelkan potongan papertape itu di kertas manila yang sudah disiapkan lalu ratakan dengan penggaris kemudian tambahkan untuk lasting allowance 15-18 mm dan potong sehingga menjadi menform.


                                                             Gambar pembuatan menform
5.      Proses pembuatan pola
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Kertas manila
·         Pensil
·         Penghapus
·         Penggaris
·         Cutter
·         Cutting mat
b.      Proses pengerjaannya
1)      Pola Dasar
      Untuk membuat pola dasar, kita menggunaka menform yang telah dibuat dan selanjut nya dengan. Setelah itu tentukan titik penting pada menform yang telah dibuat.
                       Gambar pola dasar
2)      Pola Potong
Setelah membuat Pola Dasar kemudian membuat pola potong, sebagai dasar pembuatan pola potong, pola dasar dipecah menurut komponen dan potongannya dengan mengacu pada tanda jahitan. Pada pecah pola, pola potong ada penambahan untuk lipatan 5mm dan tumpangan 10mm. Selain itu diberikan pula tanda slot, serta identitas maupun tanda yang berguna untuk menentukan komponen in/out. Pola yang dibuat adalah pola upper dan pola lining.
 Gambar proses pembuatan pola
6.      Pola body Linning (pelapis)
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Menform
·           Kertas manila
·           Cutter
·           Cutting mat
b.      Proses pengerjaannya
                        Untuk membuat pola body linning dapat menggunakan menform yang sudah dibuat. Berikut gambar body linning sepatu sport:
Gambar body linning
7.      Pola Jadi Upper
a.     Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Menform
·           Kertas manila
·           Cutter
·           Cutting mat
b.     Proses pengerjaannya
     Pembuatan pola jadi diperoleh dari cerminan pada pola dasar yang dicopykan pada kertas dengan aturan – aturan tertentu dan disertai dengan marking (tanda) pada setiap komponennya. Berikut contoh pola jadi upper

8.      Pemotongan Bahan
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Kulit
·           Pola potong
·           Silver pen
·           Gunting


b.      Proses pengerjaannya
      Pada proses pemotongan bahan menggunakan pola potong  yang dicopy ke kulit dengan tinta perak dan harus memperhatikan ketentuan ketegangan, kemuluran kulit dan sesuai dengan sistem interlocking.
9.      Penyesetan (Skiving)
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Mesin seset
·           Kulit box yang sudah dipotong
b.      Proses pengerjaannya
      Proses penyesetan kali ini menggunakan mesin seset, bahan kulit yang sudah dipotong kemudian diseset yang dilakukan pada bagian tertentu guna mengurangi ketebalan. Penyesetan dilakukan pada bagian flesh side. Langkah – langkahnya :
-      Mesin seset dihidupkan dengan menekan tombol ON
-    Atur mesin dan coba menggunakan kulit yang tidak terpakai, untuk   memastikan mesin dalam keadaan baik / siap pakai
-      Letakan komponen pada mesin
-      Injak pedal mesin
-      Atur jalannya kulit yang sedang diseset
-       Permukaan kulit harus sempurna
-       Hasil sesetan rata
  Gambar penyesetan
10.  Pelipatan (Folding)
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·           Komponen
·           Pola jadi
·           Lem latex
·           Palu
·           Uncek
·           Cutter
b.      Proses pengerjaannya
       Setelah proses penyesetan selesai selanjutnya proses pelipatan yaitu melipat bagian tepi komponen. Pola jadi ditempelkan pada sisi luar (grain side) komponen. Tujuan dari penempelan pola ini supaya hasil lipatan baik dan rata. Komponen bagian (folded edge) diolesi lem latex dengan merata dan tipis tunggu hingga agak kering lalu lipat dengan bantuan uncek lalu pukul-pukul menggunakan palu. Yang harus diperhatikan dalam proses pelipatan yaitu gunakan pola jadi untuk menyamakan posisi, lem harus diulas dengan rata, pada saat melipat bagian cekung kulit dipotong miring tidak boleh lebih dari setengah lebar lipatan, sedangkan saat melipat bagian cembung dibantu dengan uncek.
11.  Perakitan bagian upper
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·           Komponen yang sudah dilipat
·           Lem fox
·           Palu
b.      Proses pengerjaannya
Rakit komponen menggunakan lem fox sesuai pola  
                            Gambar perakitan upper
12.  Penjahitan (stiching)
a.       Alat dan bahan yang digunakan
·         Mesin jahit
·           Benang nylon warna hitam
·           Minyak
b.      Proses pengerjaannya
·         Jahit zigzag pada bagian body linning sesuai dengan yg di intruksikan
·         Tempelkan komponen vamp apron dan vamp wing ke body linning, kemudian jahit.
·         Setelah itu tempelkan bagian quarter in dan out ke body linning (sesuai dengan gambar) dan kemudian jahit antara quarter dengan vamp wing dan apron.
·         Kemudian jahit stik balik pada bagian back counter setelah itu satukan dengan komponen variasi dan jahit.
·         Setelah back counter terpasang, tempelkan back counter pada bagian body linning.
·         Setelah itu tempelkan variasi quarter pada body linning dan satukan dengan bagian quarter dan jahit.
·         Kemudian satukan variasi quarter dengan back counter yg sudah terpasang dan kemudian jahit
·         Setelah itu pasang lidah pada bagian sepatu dan jahit
·         Setelah semua komponen terpasang pada body linning, siapkan linning (merines) yang akan di pasangkan pd upper.
·          Pemasangan upper dan linning di stik balik.
·          Setelah itu dibalikkan dan ditata pada bagian top line.
·          Setelah itu pasang gabus yg sudah di buat pada bagian top line.
·          Kemudian lem gabus/spon dan kemudian tekan pada pinggirannya agar gabus tetap stabil

                        Itulah sekilas tentang proses pembuatan upper sepatu sport.berikut saya akan tampilkan beberapa contoh gambar.


13.  Finishing
      Setelah proses penjahitan selesai. Pasang tali raffia untuk persiapan lasting. Setelah itu rapikan sisa-sisa benang yang ada.
Prosesnya meliputi:
a.       Pembersihan sisa-sisa lem
b.      Pembersihan sisa-sisa benang
c.         Menggunting bagian tepi kain lapis bagian ujung dan belakang serta bagian yang tidak rapi
                                                                  Gambar finishing
D.    Proses Pemasangan upper dengan insole (Lasting)
1.      Pemasangan Insole
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Insole
·         Paku
·         Palu
b.      Proses pengerjaannya
·         Polakan pola bottom ke texon, kemudian potong texon sesuai pola
·           Kemudian balut insole dengan kapas
·           Rapikan sisa kapas dengan gunting

                                                            Gambar pemasangan insole
2.      Pemasangan pengeras
a.         Alat dan bahan yang dibutuhkan
·      Pengeras
·      Lem fox
·      Kuas
b.      Proses pengerjaannya
·           Pemasangan pengeras depan (toe puff) dan belakang (stiffener)
·           Usahakan pada pemasangan kulit arah dan kemuluran dipasang berlawanan arah

                        Gambar pemasangan penutup ornamen  
·           Polakan pola pengeras ke bahan menggunakan silver pen lalu potong menggunakan gunting kemudian seset bagian tepi agar supaya bentuk pengeras tidak membentuk setelah di lasting.

 



                                                                        Gambar pengeras
·           Sebelum dipasang pengeras dan upper dilem terlebih dahulu menggunakan lem fox.
·           Pasang pengeras depan dan belakang menempel pada kulit upper.
·           Olesi pengeras menggunakan herin dengan merata.
·           Rekatkan kembali dengan lem fox sampai bagian lasting allowance dan siap dilasting.
                                                                   Gambar pengeleman lasting allowance
·           Insole yang sudah dipasang kemudian olesi menggunakan lem fox pada bagian tepi ± 2,5 cm, tunngu hingga mengering dan sudah siap dilasting
3.      Proses lasting
a.       Alat dan bahan yang digunakan
·         Upper
·         Insole
·         Lem fox
·         Palu
b.      Proses pengerjaannya
·         upper dan insole sudah siap dilasting, yang paling penting dalam proses lasting yaitu bagian depan, belakang dan penarikannya harus kuat.
·         Lepas paku yang ada di insole terlebih dahulu.
·         Pemasangan filler pada bagian rongga lasting untuk meratakan permukaan bagian bawah insole setelah dilasting.
·         Olesi filler dengan merata dibagian grain side nya.
4.      Pemasangan out sol dan pengepressan
a.         Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         sol
·         Cutter
·         Cutting mat
·         Lem fox
·         Mesin buffing
·         Paku 
·         Palu
·         Lem fox
·         Alat press
b.      Proses pengerjaannya
·         Sediakan sol yang akan dgunakan
·         Pasang dan press sol pada upper
·         Kemudian marking upper sesuai dengan bentuk sol
·         Kemudian lepas sol pada upper
·         Buffing bagian tepi
·         Setelah di buffing lem semua bagian upper dan sol dengan rata
·         Masukkan di oven dan tunggu sampai agak lentur
·         Setelah itu pasang sol dengan upper sesuai dengan marking yang sudah ada
·         Setelah semua telah terpasang, lepas acuan
Gambar proses assembling
5.      Pemasangan sock linning
     Buat pola sock linning menggunakan pola insole. Polakan ke bahan yaitu   vynil dan potong.

Gambar pemasangan sock linning
E.     Finishing
         Finishing merupakan tahapan terakhir dalam proses pembuatan sepatu, untuk mendapatkan hasil yang maksimal terkait dengan keindahan (estetika) pada sepatu sepatu tersebut. Penyelesaian akhir (finishing) yang dilakukan antara lain:
·               Pembersihan bekas tinta perak dengan menggunakan minyak mesin.
·               Pembersihan sisa lem yang menempel dengan karet Crepe.
·               Merapikan benang yang tersisa di sepatu.
Gambar barang jadi












F.     Proses Pembuatan Atasan Sepatu Pump
      Dalam proses pembuatan atasan sepatu ini adapun langkah-langkahnya yaitu :
1.      Proses pembuatan desain
c.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Pensil
·         Kertas
·         Penghapus
·         cutter
d.      Proses pengerjaannya
                        Pemilihan desain sepatu pump yang telah ditentukan. Setelah itu amati beberapa komponen yang ada di dalam sepatu pump yang telah di pilih.
2.      Proses pemilihan acuan
c.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Acuan
d.      Proses pengerjaannya
Untuk membuat sepatu, kita harus menentukan model apa yang akan kita buat salah satunya acuan adalah salah satu alat yg digunakan untuk menentukan model sepatu yang akan kita buat. Acuan akan menentukan bentuk dan ukuran sepatu yang akan di buat. Oleh karena itu pemilihan acuan sangat penting dalam proses pembuatan sepatu.
Gambar Acuan pump
                          
3.      Proses membalut acuan
c.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Acuan
·         Paper tape
d.      Proses pengerjaannya
            Untuk membuat pola sepatu yang telah ditentukan, pertama-tama kita balut seluruh bagian upper (atas) acuan. Pembalutan dilakukan secara melintang dengan saling menumpangi antar papertape dan setelah itu akan menghasilkan seperti ini
                                                         Gambar  membalut acuan
4.      Proses pembuatan menform
c.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Acuan yang sudah dibalut
·         Kertas manila
·         Pensil
·         Penghapus
·         Pita ukur
d.       Proses pengerjaannya
Untuk membuat menform kita dapat menggambar pola diatas balutan acuan sesuai dengan gambar dan titik penting yang telah ditentukan. Acuan yang telah dibalut selanjutnya mencari titik S, V, Q dengan menggunakan pita ukur yang mana cara menghitungnya V = 7/10 SL, S = 1/5  SL. Kemudian potong papertape menggunakan cutter dari tengah acuan, lepas papertape dari ujung ke belakang secara pelan-pelan, kemudian tempelkan potongan papertape itu di kertas manila yang sudah disiapkan lalu ratakan dengan penggaris kemudian tambahkan untuk lasting allowance 15-18 mm dan potong sehingga menjadi menform.
                                                             Gambar pembuatan menform sepatu pump
5.      Proses pembuatan pola
c.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Kertas manila
·         Pensil
·         Penghapus
·         Penggaris
·         Cutter
·         Cutting mat
d.      Proses pengerjaannya
6.      Pola Dasar
      Untuk membuat pola dasar, kita menggunaka menform yang telah dibuat dan selanjut nya dengan. Setelah itu tentukan titik penting pada menform yang telah dibuat.
                       Gambar pola dasar
7.      Pola Potong
Setelah membuat Pola Dasar kemudian membuat pola potong, sebagai dasar pembuatan pola potong, pola dasar dipecah menurut komponen dan potongannya dengan mengacu pada tanda jahitan. Pada pecah pola, pola potong ada penambahan untuk lipatan 5mm dan tumpangan 10mm. Selain itu diberikan pula tanda slot, serta identitas maupun tanda yang berguna untuk menentukan komponen in/out. Pola yang dibuat adalah pola upper dan pola lining.
 Gambar proses pembuatan pola
8.      Pola Linning (pelapis)
c.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Menform
·           Kertas manila
·           Cutter
·           Cutting mat
d.      Proses pengerjaannya
                        Untuk membuat pola  linning dapat menggunakan menform yang sudah dibuat.
Gambar pola linning
9.      Pola Jadi Upper
a.     Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Menform
·           Kertas manila
·           Cutter
·           Cutting mat
b.     Proses pengerjaannya
     Pembuatan pola jadi diperoleh dari cerminan pada pola dasar yang dicopykan pada kertas dengan aturan – aturan tertentu dan disertai dengan marking (tanda) pada setiap komponennya. Berikut contoh pola jadi upper
 

Gambar pola jadi

10.  Pemotongan Bahan
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Kulit
·           Pola potong
·           Silver pen
·           Gunting


b.      Proses pengerjaannya
      Pada proses pemotongan bahan menggunakan pola potong  yang dicopy ke kulit dengan tinta perak dan harus memperhatikan ketentuan ketegangan, kemuluran kulit dan sesuai dengan sistem interlocking.
11.  Penyesetan (Skiving)
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Mesin seset
·           Kulit box yang sudah dipotong
b.      Proses pengerjaannya
      Proses penyesetan kali ini menggunakan mesin seset, bahan kulit yang sudah dipotong kemudian diseset yang dilakukan pada bagian tertentu guna mengurangi ketebalan. Penyesetan dilakukan pada bagian flesh side. Langkah – langkahnya :
-      Mesin seset dihidupkan dengan menekan tombol ON
-    Atur mesin dan coba menggunakan kulit yang tidak terpakai, untuk   memastikan mesin dalam keadaan baik / siap pakai
-      Letakan komponen pada mesin
-      Injak pedal mesin
-      Atur jalannya kulit yang sedang diseset
-       Permukaan kulit harus sempurna
-       Hasil sesetan rata
  Gambar penyesetan
12.  Pelipatan (Folding)
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·           Komponen
·           Pola jadi
·           Lem latex
·           Palu
·           Uncek
·           Cutter
b.      Proses pengerjaannya
       Setelah proses penyesetan selesai selanjutnya proses pelipatan yaitu melipat bagian tepi komponen. Pola jadi ditempelkan pada sisi luar (grain side) komponen. Tujuan dari penempelan pola ini supaya hasil lipatan baik dan rata. Komponen bagian (folded edge) diolesi lem latex dengan merata dan tipis tunggu hingga agak kering lalu lipat dengan bantuan uncek lalu pukul-pukul menggunakan palu. Yang harus diperhatikan dalam proses pelipatan yaitu gunakan pola jadi untuk menyamakan posisi, lem harus diulas dengan rata, pada saat melipat bagian cekung kulit dipotong miring tidak boleh lebih dari setengah lebar lipatan, sedangkan saat melipat bagian cembung dibantu dengan uncek.
13.  Perakitan bagian upper
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·           Komponen yang sudah dilipat
·           Lem fox
·           Palu
b.      Proses pengerjaannya
Rakit komponen menggunakan lem fox sesuai pola.
14.  Penjahitan (stiching)
a.       Alat dan bahan yang digunakan
·         Mesin jahit
·           Benang nylon warna hitam
·           Minyak
b.      Proses pengerjaannya
·         Lipat bagian lidah sesuai dengan marking yg ditentukan
·         Gabungkan komponen lidah dengan apron kemudian jahit
·         Setelah itu gabungkan kedua body pump dan stik balik
·         Setelah itu jahit stik balik pada bagian belakang sepatu pump
·         Buat saddle dengan melipat rapi sesuai dengan marking yang sudah ditentukan
·         Lipat seluruh body pum pada bagian top line dan rapikan
·         Kemudian gabungkan komponen apron dengan body pump dan jahit
·         Setelah itu buat lah linning yg sudah dirakit terdiri vamp,quarter, dan back counter
·         Gabungkan terlebih dahulu komponen linning quarter dengan linning back counter, setelah itu linning vamp
·          Setelah itu pasangkan dengan body upper pump sesuai dengan marking yang sudah ditentukan
·          Kemudian jahit pada bagian top line seluruhnya
·          Setelah itu trimming pada bagian top line (linning) yang sudah ditentukan.
·          Kemudian pasang saddle yang sudah di buat dan jahit pada bagian upper diatas apron

                        Itulah sekilas tentang proses pembuatan upper sepatu pump.berikut saya akan tampilkan beberapa contoh gambar.
     

15.  Finishing
      Setelah proses penjahitan selesai. Pasang tali raffia untuk persiapan lasting. Setelah itu rapikan sisa-sisa benang yang ada.
Prosesnya meliputi:
a.       Pembersihan sisa-sisa lem
b.      Pembersihan sisa-sisa benang
c.         Menggunting bagian tepi kain lapis bagian ujung dan belakang serta bagian yang tidak rapi
                                                                  Gambar finishing
G.    Proses Pemasangan upper dengan insole (Lasting)
6.      Pemasangan Insole
c.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Insole
·         Paku
·         Palu
d.      Proses pengerjaannya
·         Polakan pola bottom ke texon, kemudian potong texon sesuai pola
·           Kemudian buat middle sol sesuai dengan pola yang ditentukan
·           Setelah itu gunakan tamsin agar sebagai penguat
·           Gabungkan middle sol dengan tamsin menggunakan lem dan gabungkan lagi dengan insole
·           Kemudian press insole dan buffing miring
·           Kemudian paku insole dengan acuan

 
 
                                                            Gambar pemasangan insole
7.      Pemasangan pengeras
a.         Alat dan bahan yang dibutuhkan
·      Pengeras
·      Lem fox
·      Kuas
b.      Proses pengerjaannya
·           Pemasangan pengeras depan (toe puff) dan belakang (stiffener)
·           Usahakan pada pemasangan kulit arah dan kemuluran dipasang berlawanan arah

                        Gambar pemasangan penutup ornamen 
·           Polakan pola pengeras ke bahan menggunakan silver pen lalu potong menggunakan gunting kemudian seset bagian tepi agar supaya bentuk pengeras tidak membentuk setelah di lasting.
 




                                                                        Gambar pengeras
·           Sebelum dipasang pengeras dan upper dilem terlebih dahulu menggunakan lem fox.
·           Pasang pengeras depan dan belakang menempel pada kulit upper.
·           Olesi pengeras menggunakan herin dengan merata.
·           Rekatkan kembali dengan lem fox sampai bagian lasting allowance dan siap dilasting.
                                                                   Gambar pengeleman lasting allowance
·           Insole yang sudah dipasang kemudian olesi menggunakan lem fox pada bagian tepi ± 2,5 cm, tunngu hingga mengering dan sudah siap dilasting
8.      Proses lasting
c.       Alat dan bahan yang digunakan
·         Upper
·         Insole
·         Lem fox
·         Palu
d.      Proses pengerjaannya
·         upper dan insole sudah siap dilasting, yang paling penting dalam proses lasting yaitu bagian depan, belakang dan penarikannya harus kuat.
·         Lepas paku yang ada di insole terlebih dahulu.
·         Pemasangan filler pada bagian rongga lasting untuk meratakan permukaan bagian bawah insole setelah dilasting.
·         Olesi filler dengan merata dibagian grain side nya.
 
 

9.      Pembuatan Outsole dan Penggabungan Dengan Hak
c.         Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Sol potong
·         Cutter
·         Cutting mat
·         Lem fox
·         Mesin buffing
·         Paku 
·         Palu
d.      Proses pengerjaannya
·         Bahan yang digunakan dalam pembuatan outsole yaitu sol potong yang terbuat dari plastic. Jadi untuk membuat sol ini menggunakan pola insole yang sudah ditambahkan 2-3 mm
·         Bahan yang digunakan untuk hak yaitu plastik
·         Polakan pola pada sol potong dan potong menggunakan cutter.
·         Buat pola pembungkus hak yang berbahan kulit
·         Bungkus hak dengan kulit tersebut
·         Buffing bagian tepi sol dan bagian atap sol
·         Amplas bagian kulit dan sol
·         Gabungkan hak dengan sol potong
·         Rekatkan outsole dan hak menggunakan lem
·         Buat penutup hak menggunakan sisa bahan sol potong
·         Siapkan veter untuk memperindah bagian tepi outsole
 


 
                                                Gambar proses pembuatan outsole
10.  Proses Assembling
a.       Alat dan bahan yang dibutuhkan
·         Silver pen
·         Mesin buffing
·         Amplas
·         Lem G600
b.      Proses pengerjaannya
1)      Persiapan
Outsole yang sudah jadi lalu copikan ke upper yang sudah dilasting menggunakan silver pen, kemudian upper dibuffing.
2)  Outsole yang sudah jadi kemudian diamplas bagian atas untuk membuka pori-pori.
3)   Pemasangan Outsole
Insole yang telah dikasarkan kemudian ulas menggunakan lem fox secara merata. Sedangkan outsole yang sudah dikasarkan ulas lem G600 2x dan lem fox. Kemudian often upper dan outsole dengan 100 selama 5menit. Proses assembling dilakukan dari ujung - belakang - tengah.
4) Pengepresan
Sepatu yang sudah diassembling kemudian dipress menggunakan palu agar supaya outsole dan upper merekat dengan sempurna.
·      Pelepasan acuan
·      Pemasangan paku pada hak
     Hal ini berguna agar hak dan upper semakin kuat
·      Pemasangan sock linning
Buat pola sock linning menggunakan pola insole. Polakan ke bahan yaitu   vynil dan potong.                                              

H.    Finishing
         Finishing merupakan tahapan terakhir dalam proses pembuatan sepatu, untuk mendapatkan hasil yang maksimal terkait dengan keindahan (estetika) pada sepatu tersebut. Penyelesaian akhir (finishing) yang dilakukan antara lain:
·               Pembersihan bekas tinta perak dengan menggunakan minyak mesin.
·               Pembersihan sisa lem yang menempel dengan karet Crepe.
·               Merapikan benang yang tersisa di sepatu.













BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
      Adapun kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktek pembuatan sepatu  adalah sebagai berikut:
1.      Dalam pembuatan alas kaki memerlukan perhatian khusus agar menghasilkan produk yang berkualitas dan enak dipakai.
2.      Kerapihan sangat penting dalam pembuatan alas kaki.
3.      Efisiensi bahan dan waktu sangat penting dan harus diperhatikan.
1.      Periksa kesiapan sarana dan prasarana sebelum praktek dimulai agar tidak menghambat selama proses pembuatan sepatu serta lebih efisien waktu agar target dapat tercapai.
2.      Perbaiki mesin-mesin yang tidak dapat berfungsi dengan baik.
3.      Perlu adanya pemeriksaan dan perawatan mesin secara berkala.
                                                                                                                       







DAFTAR PUSTAKA

Dwi Asdono Basuki (2010), Teknologi Sepatu I, Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta
Dwi Asdono Basuki (2013), Teknologi dan Produksi Sepatu, Citra Media, Yogyakarta
(2012), Catatan Teknologi Sepatu 2, Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta
 (2012), Catatan Pengetahuan Material, Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta