BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dalam dunia industry persepatuan semakin
tahun semakin berkembang baik dari model
dan teknologinya.
Berbagai inovasi produk sepatu banyak digencarkan oleh berbagai industri
persepatuan. Hal ini diakibatkan karna tingkat
konsumtif masyarakat yang semakin bertambah dalam dunia fashion dan berbagai
tingkat kehidupan masyarakat. Dari tingkat kehidupan masyarakat inilah timbul
tuntutan-tuntutan akan kualitas dan berbagai
macam model baru khususnya produksi sepatu.
Sepatu merupakan alas kaki
(footwear) yang sudah lama digunakan oleh manusia yang berfungsi sebagai
pelindung kaki dari serangan iklim dan benda- benda tajam. Sepatu tidak hanya
cukup dari aspek kekuatan saja, tetapi juga membutuhkan bentuk design yang menarik, sesuai dengan perkembangan
zaman. Maka dari itu, selayaknya kami mahasiswa ATK, khususnya untuk Program
Study Desain dan Teknologi Sepatu, dituntut untuk tidak hanya dapat membuat
atau merancang saja bentuk- bentuk variasi dari sepatu itu sendiri, melainkan
kita juga harus dapat membuat dari rancangan tersebut sampai menjadi barang
jadi.
Proses
pembuatan sepatu dapat dilakukan secara manual dan menggunakan teknologi tinggi. Di dalam mata
kuliah Tekhnik Sepatu Sistem
Lem.
B. Tujuan
Praktek
1.
Mahasiswa mengetahui teori pembuatan sepatu sport dan
pum
2. Mahasiswa
mampu mengaplikasikan teori-teori mengenai pembuatan alas kaki sistem manual,
3. Mahasiswa
mampu mengkaji hasil prakteknya dan mengoreksi untuk kedepannya, sehingga dapat
memahami tata cara atau teknik pembuatan sepatu sport dan hal apa saja yang
harus diperhatikan atau dihindari agar mencapai hasil yang baik,
4. Mahasiswa
mampu menguasai kompetensi dalam pembuatan alas kaki yang mencakup pengembangan
sketsa dan desain, pembuatan pola hingga proses menjadi alas kaki,
5. Mahasiswa
mampu mengatur segala sesuatunya dalam setiap proses pembuatan sepatu sport.
Hal ini terkait dengan efektifitas, produktifitas dan efisiensi termasuk dalam
pemanfaatan waktu dalam pembuatan sepatu sport dan dalam pemanfaatan bahan
praktek.
C. Manfaat
Praktek
1.
Sebagai dasar kompetensi bagi mahasiswa dalam
menghadapi dunia kerja industri pembuatan alas kaki/ footwear,
2.
Sebagai bekal bagi mahasiswa untuk merintis usaha
mandiri pembuatan alas kaki
3.
Sebagai acuan sejauh mana pemahaman mahasiswa terhadap
teori dan praktek pembuatan alas kaki sistem manual.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A. Pengertian Proses Pembuatan
Menurut Basuki dan Indrati (1984) proses
adalah bentuk kerja yang memiliki tiga arti, pertama adalah runtutan perubahan
dalam perkembangan sesuatu, kedua berarti rangkaian tindakan atau pengolahan
yang menghasilkan produk dan yang ketiga yaitu perkara dalam pengendalian.
Menurut W. J. S Poerwodarminto (1985),
proses adalah runtutan perubahan dalam perkembangan dalam sepatu, proses adalah
urutan pelaksannan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain yang
mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian dan sumber daya lainnya yang
menghasilkan seuatu.
Jadi
dapat disimpulkan proses adalah runtutan serangkaian tindakan/proses dalam
perkembangan sesuatu yang membutuhkan waktu,ruang,keahlian dan sumber daya lain
yang menghasilkan sesuatu.
B. Pengertian Sepatu
Menurut Drs. Dwi Asdono Basuki, B.Sc, MM (2010),
pengertian sepatu adalah pakaian untuk kaki, sedang kaki adalah anggota badan yang
hidup dan bergerak, dengan bentuk asimetris pada structur dan gerakannya.
Gerakan kaki adalah gerakan yang kompleks dari banyak tulang yang saling
berhubungan. Oleh karena itu dalam membuat sepatu tidak boleh sembarangan,
harus mengikuti anatomi kaki dan aturan – aturan secara ilmiah serta teknologi
tertentu, sehingga hasil sepatu yang diperoleh dapat cocok dan sesuai serta
enak dipakai pada kaki. Menurut Schachter (1986), sepatu merupakan bagian luar
yang menutupi kaki. Kata itu biasa digunakan di United State sebagai sebuah
istilah termasuk untuk jenis alas kaki dengan potongan rendah.
C. Pengertian Sepatu Sport
Sepatu adalah alas kaki yang pada umumnya
digunakan untuk melindungi kaki. Banyak macam sepatu yang kita ketahui misalnya
sepatu olahraga, sepatu kets , sepatu high heels dan lain-lain. Sepatu olahraga pertama
kali diluncurkan pada tanggal 14 Juli 1916 dan saat itu sepatu
tersebut di beri nama “kets”
atau yang biasa kita sebut sepatu “kets”. Sepatu untuk olahraga dibuat pertama
kali pada tahun 1917 oleh Converse.
Lantas,
bagaimana sejarah perkembangan sepatu dari masa ke masa? Tahun 1800 Sepatu
beralaskan sol karet pertama dibuat dan dinamakan plimsolls. 1892 Goodyear dan
perusahaan sepatu karet dari US Rubber
Company, memulai memproduksi sepatu karet dan kanvas yang diberi nama Keds. 1908 Marquis M. Converse mendirikan
perusahaan sepatu Converse.
Perusahaan
inilah yang membuat sepatu untuk olahraga basket pertama kali.
Sepatu ini pula yang
mengubah permainan bola basket lebih dari seabad dan menjadi ikon AS. 1917 Sepatu keds menjadi sepatu atletik pertama yang
diproduksi secara massal.
Di
kemudian hari, sepatu ini disebut sneaker karena solnya lebih halus dan tidak
menimbulkan suara decitan pada kondisi tertentu. 1920 Adi Dassler, pendiri
Adidas, mulai memproduksi sepatu olahraga buatan tangan di kamar mandi ibunya. Ia membuat sepatu tanpa
bantuan alat-alat listrik.
1924
Adi dan Rudolph Dassler, dengan bantuan 50 anggota keluarganya, mendaftarkan
bisnisnya dengan nama Gebr der Dassler
Schuhfabrik di Herzogenaurach, Jerman.
Ini menjadi awal
berdirinya Adidas seperti sekarang 1948 Puma
Schuhfabrik Rudolf Dassler didirikan. Sepatu sepak bola pertama Puma digunakan
oleh tim sepak bola Jerman Barat.
1950
Sneaker menjadi sepatu pilihan di
mana-mana. Pasalnya, sepatu ini murah dan mudah diperoleh
oleh seluruh anak muda di seluruh dunia. Selain sneaker, sepatu bertumit tinggi
alias stiletto juga menjadi tren di
awal 1950-an.
1962 Phil Knight dan Bill Bowerman meluncurkan sepatu atletik berteknologi tinggi (pada
masa itu) dengan nama Blue Ribbon Sports
(BRS). Seiring
dengan desain dan teknologinya yang baru, pada tahun 1968, nama mereka diganti
menjadi Nike. Platform
shoes dengan tumit setinggi 2-5 inci atau 5—12 sentimeter menjadi incaran pria
dan wanita. Era 70-an juga merupakan awal kepopuleran sepatu model bakiak. 1990 Awal era ini
diramaikan dengan jenis sepatu bersol rata, berwarna, dan persegi. 1995 Museum Sepatu Bata
di Toronto, Kanada, resmi dibuka pada bulan Mei. 1998-2001 Sepatu lars
menjadi salah satu sepatu yang populer di Indonesia. 2006-sekarang Model wedges shoes (berbentuk irisan)
merupakan model yang populer di kalangan kaum perempuan. Di samping itu,
sepatu-sepatu yang menawarkan kenyamanan bagi para pemakainya mulai menjadi
pilihan banyak orang.
D. Pengertian Sepatu Pump
Pump shoes didaulat sebagai alas kaki
terseksi dengan bentuk yang unik. Selain desainnya yang sedap dipandang, sepatu
model ini juga kerap dilekatkan dengan beberapa nama beken baik lokal maupun
mancanegara. Di wilayah artis lokal, pump shoes sering diklaim sebagai
sepatunya Syahrini atau Mulan Jameela. Sebagian wanita, bahkan menyebutnya
sebagai sepatu Lady Gaga.
Sisi keseksian dari pump shoes adalah
dibagian belakang haknya sangat tinggi, sementara di depan bentuk solnya tebal.
Meski tinggi, pump masih dirasakan seimbang karena bantuan sol depan yang tebal
semakin tebal semakin indah dilihat
Selain permainan hak dan sol depan, pump
terbaru juga diperkaya dengan pilihan warna warni yang menggoda, seperti merah
glossy, biru, ungu, hitam, serta beragam aksen yang ditempelkannya. Karenanya
pemakai sepatu ini akan mendapatkan kesan glamor dan kemewahan saat dikenakan
E. Bagian dan Komponen Sepatu
1.
Bagian Atas
Sepatu ( Shoe Upper )
Bagian atas sepatu adalah bagian sepatu
yang terletak disebelah atas, merupakan bagian sepatu yang melindungi dan
menutup sebelah atas dan saming kaki. Bagian atas umumnya terdiri dari beberapa
komponen sepatu yang dirakit menjadi satu.
Bentuk Dasar Bagian Atas Sepatu
a. Shoe
Upper
1)
Vamp (bagian depan)
2)
Quarter (bagian samping)
b.
Top Line adalah garis yang mengelilingi pinggir / tepi bagian atas sepatu,
merupakan garis batas antara bagian atas sepatu dengan kaki.
c.
Feather Edge adalah garis batas antara bagian atas sepatu
dengan bagian bawah sepatu.
d. Lasting
Allowance
Apabila akan membuat pola (Pattern) untuk bagian atas sepatu, maka
pada bagian feaher edge harus diberi
tambshan 15 – 18 mm untuk proses lasting,
yaitu proses pengikatan antara shoe upper dengan sol dalam.
2.
Bagian
Bawah Sepatu (Shoe Buttom)
a. Insole (Sol Dalam)
Sol dalam adalah sol yang letaknya paling dalam (sebelah kaki), yang dibatasi oleh
pelapis sol atau kaos kaki. Sol dalam
merupakan fondasi sepatu, bentuknya seperti telapak acuan, tempat untuk
melekatkan bagian atas sepatu pada waktu proses lasting.
Sol dalam terdiri atas 2 (dua) bentuk, yaitu
:
1) Utuh, keseluruhan sol dalam hanya terdiri
satu lapis saja
2) Backed atau blended insole, yang terdiri dari dua lapis.
b.
Goodyear Insole
Adalah sol dalam untuk pembuatan sepatu
dengan konstruksi pita Goodyear,
mempunyai keistimewaan tertentu sebagai berikut : satu atau dua bibir sol dalam
(lip) dibuat tegak melingkar pada
bagian sisi luar sol dalam, atau dengan cara lain, bahan yang terpisah
berbentuk pita (welt) dipasang pada
bagian sisi luar sol dalam. Bagian atas bersama – sama pita kemudian dijahitkan
pada bibir sol dalam dengan arah mendatar. Setelah itu baru sol luar dijahitkan
pada pita dengan arah tehak.
c. Covered
Insole (Sol Bungkus)
d. Bottom
Filling (pengisi)
Komponen ini digunakan untuk mengisi
rongga yang terdapat diantara sol luar atau sol tengah.
e. Middle
Sole (sol tengah)
Adalah komponen yang terletak diantara sol
dalam dan sol luar. Sol ini merupakan sol perantara, yang menghubungkan antara
sol dalam dengan sol luar.
f.
Runner
Adalah nama lain dari sol dalam pada jenis
Stich down shooes / Veldt shoen. Bagian atas dilasting pada
runner, kemudian bersama – sama dengan pita tipis dijahitkan dengan sol luar.
g. Outer
Sole (Sole Luar)
Sol luar adalah komponen penutup paling
luar bagian bawah sepatu, berfungsi sebagai alas sepatu sol luar dibuat dari
bermacam – macam bahan.
1.
Komponen
pendukung sepatu
Komponen
penting lain sebagai pendukung sepatu agar sepatu tersebut etap tidak berubah
bentuk, menjadi kuat, flexibel dan
enak dalam pemakaian (comfortable).
a.
Toe puff / Toe box (pengeras ujung)
Pengeras
ujung adalah komponen penguat yang dipasang pada bagian ujung sepatu (toe), diletakan diantara komponen
bagian atas dan pelapis. Bahan untuk pengeras ujung antara lain adalah : kulit
sol, tekstil yang dilapis / kain keras atau bahan sintetis.
Maksud
pemasangan komponen ini adalah :
1)
Agar dapat
memberibentuk pada bagian ujung sepatu sewaktu proses pembuatan.
2)
Menjaga agar
bentuk bagian ujung sepatu tetap stabil
3) Untuk melindungi bagian ujung kaki dari
rasa sakit, apabila terkena benda keras. Biasanya untuk sepatu pengaman (safety shoes) penguat ujung dibuat dari
logam baja (steel toe)
b.
Stiffener / Counter (pengeras belakang)
Stiffener biasanya dibuat dari fibre board atau leather
board, dipotong menurut kebutuhan kemudian diseset pada bagian tepinya dan
dicetak sesuai dengan bentuk bagian tumit acuan. Stiffener / counter dipasang pada bagian tumit di antara bagian
atas dan pelapis, dengan tujuan untuk menjaga atau menyokong bagian belakang
sepatu agar bentuknya tetap stabil dan agar supaya tumit kaki dapat dipegang
erat oleh sepatu.
c.
Shank (penguat tengah)
Penguat
tengah umumnya dibuat dari bahan logam tahan lenting atau kayu yang liat dan
ulet, dipasang pada bagian pinggang sepatu. Penguat tersebut dipasang antara
sol dalam dan sol luar / sol tengah.
d.
Sock linning (tatakan)
Sock Linning
adalah komponen sepatu yang fungsinya sama sebagai pelapis agar supaya enak
dalam pemakaian, diguanakan untuk melapis seluruh atau sebagai sol dalam.
e.
Eyelets (mata ayam)
Mata ayam
adalah komponen dari bahan logam seperti pipa, berdiameter ± 5mm, tidak
berkarat. Dipasang pada lubang yang dibuat pada daerah facing stay. Mata ayam berfungsi untuk tempat memasang tali sepatu,
menjaga dan melindungi tali sepatu agar supaya tidak cepat aus atau putus.
f.
Laces (tali sepatu)
Tali sepatu
adalah komponen berbentuk tali dengan panjang rata – rata 75 cm, dibuat dari
bahan cotton atau nylon, berfungsi untuk mengikat kedua
bagian ujung komponen quarter in dan out yang dipasang pada lubang mata ayam
pada daerah facing stay.
F.
Mesin Jahit
1. Mesin jahit
Mesin jahit dasarnya mesin
jahit yang digunakan pada bagian jahit (closing
room) dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori mesin jahit (sewing machine). Mesin jahit yang digunakan selama praktikum
berlangsung ialah :
a.
Flat Bed Sewing Machine
Gambar Flat Bed Sewing
Machine
b.
Post
Bed Sewing Machine
Mesin jahit ini mempunyai area kerja yang
menonjol ke atas (post), sehingga
dapat mempermudah mengikat dan menjahit pada bagian – bagian yang sempit dan
tertutup (tersembunyi). Mesin jahit ini dioperasikan dengan elektro motor.
Gambar Post Bed Sewing Machine
c. Flat Bed Sewing Machine
Mesin
jahit ini mempunyai area kerja yang memanjang ke samping / horisontal seperti
tangan (arm) yang berbentuk silinder, sehingga dapat bekerja untuk
menjahit pada tempat – tempat yang tertutup dan tersembunyi. Mesin ini dapat
dioperasikan dengan atau tanpa listrik
Gambar Flat Bed Sewing
Machine
d. Mesin jahit zig-zag
Mesin ini landasannya seperti mesin jahit flat bad yang
landasan kerjanya datar, namun hasil jahitan yang dihasilkan mesin ini
bentuknya zig-zag. Mesin ini biasanya
digunakan untuk jahitan sambungan dengan posisi bahan yang akan disambung
sejajar. Contoh jahitan sambung antara bagian belakang quarter dengan bagian
belakang quarter yang satunya (pada
bagian tumit).
e. Mesin jahit automatic
Mesin ini digunakan oleh perusahaan besar. Mesin ini
menggunakan sistem computerize dalam
pengerjaannya, mesin ini dapat digunakan untuk jahitan – jahitan.
Langkah
– langkah mengoperasikan mesin jahit
1)
Roller foot diangkat dengan menggunakan hand lifter
2) Memasang benang bawah (bobbin thread)
3)
Memasang
jarum
4)
Memasang
benang atas
5)
Menarik
benang bawah (bobbin) keatas
6)
Uji coba
menjahit
7)
Apabila
hasil uji coba menjahit baik, baru kemudian digunakan untuk menjahit bahan yang
sesungguhnya.
2. Jarum
a) Fungsi jarum pada mesin adalah :
(1) Untuk membentuk loop (lubang), karena jarum membawa benang menembus
bahan yang akan dijahit.
(2)Untuk memperbesar loop dengan cara membuat gerakan naik (sedikit) keatas
(3)Untuk menentukan posisi benang atas diantara 2 setik, dengan bantuan jarum
yang mempunyai cutting point.
b) Klasifikasi Jarum
(1)
Cloth
Point atau Non Cutting
Jarum ini mempunyai bentuk ujung yang membulat dan dibuat untuk membuat lubang
bulat pada bahan dengan cara menyingkapkan ke samping serat – serat benag.
Jarum ini biasanya digunakan untuk menjahit kain, namun dapat pula digunakan
untuk menjahit kulit tipis.
(2)
Leather Point atau Cutting Point
Jarum ini dibuat untuk dapat menembus bahan yang susunan seratnya lebih
rapat (seperti kulit), dengan gesekan seminimal mungkin dan terasa lebih ringan
menembus bahan.
c) Bagian – baian jarum
(1) But (tip
cone) adalah bagian paling atas dari sebuah jarum
(2) Shank adalah bagian pangkal yang paling
tebal
(3) Shoulder adalah bagian yang memperkuat
jarum
(4) Blade (bilah jarum) adalah bagian dari
jarum yang menembus bahan
(5) Point adalah bagian ujung jarum , meliputi mata
dan titik (tip) jarum
2.
Benang
1)
Bahan untuk
membuat benang
(a)
Serat alam
(b)
Sera buatan
2)
Konstruksi
benang
Arah pilinan / belitan (twist)
harus disesuaikan dengan gerak dari mesin jahit. Hampir seluruh mesin jahit lock stich menggunakan konstruksi
belitan Z (sesuai arah jarum jam). Sedang jenis – jenis mesin jahit puritan, lefthand post machine dan beberapa mesin
dengan jarum ganda (twin needle)
menggunakan konstruksi S (berlawanan dengan arah jarum jam)
(a) Benang blended
Konstruksi benang ini merupakan
kombinasi antara kekuatan tarik dari benang – benang CF dengan kemampuan jahit
dari serat – serat benang yang melapisinya (staple
fibres).
(b) Monocord
Konstruksi benang ini terdiri
atas satu benang yang tersusun dari beberapa serat
(c) Monofilament
Konstruksinya
terdiri atas satu benang, agak tebal dari bahan CF dan kadang – kadang
transparan. Benang ini kurang baik digunakan untuk menjahit komponen bagian
atas sepatu, sebab tidak flexibel, mudah putus dan kadang – kadang berserabut.
(d) Plaited
Beberapa jenis benang dibuat
untuk digunakan pada mesin jahit otomatis (autostitcher)
(e) Braided
Benang braided bentuknya seperti plaited,
tetapi memiliki lebih dari tiga benang penyusun. Jenis benang ini biasanya
digunakan untuk menjahit bagian sol (bottom)
3) Syarat – syarat benang
Kualitas benang yang digunakan untuk menjahit
komponen bagian atas sepatu ditentukan oleh beberapa faktor.
(a) Ketahanan Putus (Breaking Strenght)
Benang tidak hanya mempunyai ketahan pada jahitan,
tetapi juga tahan terhadap tarikan pada saat proses penjahitan.
(b) Elasticity
Sifat elastis harus dimiliki oleh banang. Hal ini akan terlihat pada saat
proses lasting ataupun pada saat sepatu dipergunakan. Tetapi, terlalu elastis
malahan tidak baik, karena akan dapat menimbulkan jarak yang berbeda pada
jahitan.
(c)
Appearance
Penampilan dari jahitan merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan,
khususnya apabila menginginkan hasil jahitan yang rapi, seperti jahitan fancy.
(d)
Uniformity
Keseragaman benang sangat esensial apabila menginginkan mesin jahit dapat
bekerja tanpa tekanan.
(e) Ketahanan terhadap gesekan, bakteri dan
proses pencetakan (Moulding)
Hal tersebut sangat penting untuk benang agar tetap tahan selama proses dan
pemakaian.
(f) Kemampuan bahan untuk diberi pelumas
Banyaknya gesekan sebagai penyebab kerusakan bagi kebanyakan benang ketika
proses penjahitan.
(g) Harga
Apabila menginginkan hasil jahitan yang bermutu baik, maka gunakanlah
benang yang bermutu tinggi / memenuhi standar. Oleh karena itu faktor harga
perlu menjadi pertimbangan untuk memilih benang.
G. Bahan Material Shoe
1. Shoe
Upper Leather
3.
sifat – sifat kulit samak
Kulit samak (leather) sebagai
bahan bagian atas sepatu ( Shoe upper)
mempunyai sifat – sifat phisik khusus, yang berbeda sama sekali dengan fabric / kain atau sintetis, sehingga karena
sifat - sifat tersebut diperlukan suatu
metode pemotongan (pattern cutting)
yang tertentu pula.
4.
Kwalitas secara keseluruhan kwalitas kulit ditentukan
dengan melihat seluruh bagian kulit, ketebalan yang merata dan tidak gembos
dapat dianggap sebagai kulit yang berkwalitas tinggi. Umumnya dalam selembar
kulit, kwalitasnya dapat dibagi dalam 5 tingkatan yaitu :
(1)
Bagian
croupon (Butt)
(2)
Bagian bahu (shoulder)
(3)
Bagian leher
(neck)
(4)
Bagian paha (shank)
(5)
Bagian perut
(belly)
5.
Kemuluran
kulit
Dalam satu lembar kulit,
apabila diteliti dan diperhatikan maka akan terlihat adanya kemuluran pada
seluruh bagian.
Pada beberapa tempat mempunyai
tingkat kemuluran yang tinggi, sedangkan pada bagian lainnya hanya sedikit dan
kadang – kadang malahan tetap (seperti bagian croupon dan leher). Bagian perut
cenderung lebih mundur dari bagian – bagian lainnya.
6.
Macam –
Macam Shoe Upper Leather
(1)
Kulit box
(2)
Kulit glace
(3)
Kulit Suede
(4)
Gold Leather
(5)
Patent
Leather
(6)
Kulit Reptil
(7)
Linning Leather
d)
Shoe Bottom
Leather
Kulit untuk bagian bawah (Shoe
bottom leather) terdiri atas sol dalam, sol tengah dan sol luar.
1.
Syarat –
syarat bahan untuk bagian bawah sepatu
1) Mempunyai
sifat – sifat kemuluran
2) Mempunyai sifat – sifat Hydrofiel
3) Ketahanan AUS
2.
Macam –
macam bahan Shoe Bottom Leather
1)
Kulit Sol ( Sole Leather)
Kulit sol biasanya dibuat dari kulit sapi kering dengan berat kulit
mentah 7 kg keatas per lembar, dan disamak dengan zat penyamak nabati. Untuk
membuat kulit sol diperlukan syarat – syarat phisis tertentu, misalnya
mempunyai daya tahan gosok / aus yang tinggi, kereganagan yang kecil, tebal
yang cukup dan beratnya yang cukup juga.
(a)
Kulit Sol
Samak Nabati
(b)
Leather
Board
H.
Proses Pembuatan
Pada proses pembuatan
alas kaki melalui banyak proses yang menentukan kualitas barang jadi yang
dihasilkan. Disamping kualitas dari material yang digunakan serta sarana dan
prasarana, maka sumber daya manusia (SDM) sangat menentukan keberhasilan dalam
pelaksanaan setiap proses pembuatan alas kaki yang memenuhi standar kesehatan,
keenakan pakai (fitting) dan estetika / keindahan.
1. Penyesetan
Ada beberapa sistem pembuatan sepatu
yaitu sistem potong pas atau lipatan, pada sistem lipatan kita harus melakukan
perlakuan khusus pada kulit, yaitu penyesetan. Penyesetan adalah perlakuan pada
kulit untuk mengurangi ketebalan kulit pada bagian daging atau flesh side dengan ketebalan tertentu.ada
beberapa bagian atasan sepatu yang diseset untuk keperluan tertentu.
Gambar penyesetan
Tujuan penyesetan adalah:
(a) Untuk
membantu proses pelipatan,
(b)
Menghindari
penumpukan atau penebalan sambungan dan lain-lain,
(c)
Praktis,
karena jauh lebih mudah dalam proses pengerjaan selanjutnya,
(d)
Untuk
keindahan dan kenyamanan pada saat sepatu digunakan,
(e)
Untuk
memperkuat melekatkan lem apabila akan dilipat.
Yang perlu diperhatikan saat melakukan penyesetan:
(1) Kulit
harus tetap kompak nerfnya dan tidak berkurang kemulurannya,
(2) Permukaan kulit jangan sampai rusak atau cacat.
2. Pelipatan
Pelipatan adalah proses merapikan atau
melipat bagian tepi komponen kulit atasan sepatu agar terlihat rapi. Bahan yang
akan harus sudah melalui proses penyesetan,kemudian masuk proses pelipatan.
Penyesetan kulit yang akan dilipat adalah dua kali lebar lipatan.
Gbr.
Lipatan Cembung
Gbr.
Lipatan Lurus
Gbr.
Lipatan Cekung
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pelipatan:
a) Gunakanlah pola standart saat proses
melipat,
b)
Lemharus
diulas dengan rata,
c)
Pemukulan
saat proses pelipatan harus dengan pukulan ringan,
d) Pada saat melipat bagian cekung kulit
dipotong miring setengah lebar lipatan,sedangkan saat melipat bagian cembung
dibantu dengan alat yang runcing (misal uncek).
3. Menjahit
Menjahit adalah membentuk setik-setik pada suatu
bahan yang dijahit dengan menggunakan benang jahit dengan tujuan merakit,
memperkuat. Pada dasarnya proses menjahit adalah proses penggabungan dua bagian
atau bahan yang terpisah.
Terdapat tiga macam jenis setik, yaitu :
a. Setik jelujur dibuat / dibentuk dengan
setiap kali menarik benang yang ditusukan ke dalam bahan dengan bantuan jarum.
Setik jelujur dapat dikerjakan dengan tangan.
b. Setik Rantai (Chain Stitched)
Setik rantai mudah dilepas apabila setik paling ujung ditarik.
c. Setik kunci (Lock Stitched)
Setik kunci tidak mudah lepas, tanpa harus melepas salah satu benang (benang atas atau benang bawah). Bentuk setik
yang terjadi pada kedua permukaan bahan yang dijahit sama. Konstruksinya
terdiri atas dua benang, benang atas mengumpan jarum untuk menembus dan benang
kedua terletak pada spool / boobin pada bagian bawah (bed).
Macam – macam jahitan
1)
Closed Seam
Umumnya digunakan pada :
jahit tumit (heel seam), jahit depan (front seam), mudguard to vamp, plat form cover, dan jahit vamp quarter.
Dua komponen sepatu yang akan disambung dilekatkan menurut permukaannya
kemudian dijahit, apabila dibuka maka bagian pinggir dan jahitannya akan
tersembunyi pada bagian sebelah komponen sepatu. Umumnya lebar jahitan adalah 1
mm dari tepi dan dijahit hanya satu baris.
Gambar closed seam
2) Rabbing dan Taping
(Brooklyn Seam)
Jahitan ini biasanya untuk
menjahit tepi sebelah dalam bagian tumit sepatu, setelah itu permukaan komponen
sepatu kemudian diampelas halus atau dipukul – pukul ringan untuk memperhalus
bentuk permukaannya (rubbing)
3) Silked
Seam
Bentuk yang lain adalah dengan
menggunaka pita dari kain yang ditempelkan pada sebelah luar dari jahitan
(jahit vamp atau quarter), kemudian
pita tersebut dijahit ganda pada bagian tepinya. Mesin jahit yang digunakan
adalah flat bed dengan jarum ganda. Yang perlu diperhatikan adalah jahitannya
harus sejajar, teratur rapi dan seimbang jaraknya dengan jahitan pada sisi
sebelah dalam.
Gambar Silked Seam
4) Lapped
Seam
Jenis jahitan ini umumnya
dipakai untuk menyambung antara komponen vamp dengan quarter, toe cap dengan half
vamp, appron dengan wing, dan
sewaktu memasang bagian boxing.
Gambar Lapped
Seam
5) Butted
Seam / Zig Zag Seam
Komponen – komponen sepatu yang
akan dijahit dipasang berdampingan pada masing – masing pinggirnya
kemudian dijahit zig – zag dengan
menggunakan mesin flat bed yang khusus.
Gambar Zig
Zag Seam
6) Welted
Seam
Welted Seam merupakan salah satu bentuk variasi dari closed seam,
digunakan untuk bahan yang tebal. Selembar pita dari bahan sejenis disisipkan
diantara dua komponen sepatu kemudian dijahit.
7) Piped
Seam
Konstruksi jahitan ini mirip dengan
welted closed seam, perbedaannya terdapat pada pengunaan tali berbentuk pipa
yang dipasang diantara kedua komponen. Warna pipa umumnya berbeda dengan warna
komponen sepatu untuk memberikesan kontras.
8) Open
Seam
Konstruksi open seam adalah jahit sambungan balik, merupakan bentuk jahitan
yang berlawanan dengan closed seam, sisi yang paling melekat adalah
bagian daging. Bagian tepi dari komponen yang disambung jahit terletak pada
sisi sebelah luar sehingga kelihatan.
Gambar Open Seam
9) Bonded
Seam
Untuk konstruksi bonded seam
maka pengikatan antar komponen dengan menggunakan (adhesive) serta prosesnyamenggunakan panas dan tekanan.
10) Welded
Seam
Welded Seam
meruapakan bentuk ikatan dari dua atau lebih komponen yang cara penempelannya
adalah dengan menggunakan panas berfrekuensi tinggi (high frequency hea)t.
11) Moccasine
Seam
Jahitan Moccasine bentuknya sejenis dengan open seam, dapat dikerjakan dengan tangan atau mesin. Jahitan moccasine digunakan untuk menyambung
komponen apron dengan wing pada model
sepatu moccasine. Kedua komponen yang
akan dijahit sebelumnya diseset, kemudian dibuat lubang dengan plong.
12) Sprung
Seam
Jahitan ini digunakan pada
bagian – bagian sudut sewaktu memasang apron dan pada bagian ujung sepatu.
Untuk mencapai hasil yang baik, maka kedua bagian yang akan dijahit dipotong
melengkung berlawanan, setelah itu baru dijahit
BAB III
PEMBUATAN
SEPATU PRIA MODEL SPORT
A.
Skema Umum Proses Pembuatan Sepatu Sport
DESAIN
|
Pemolaan
|
In
Sole
|
Out
Sole
|
Pola
In Sole
|
sol
|
Pemotongan
|
Penyesetan
(Skiving)
|
In Sole
|
Pemotongan
|
Pelipatan
(Folding)
|
Perakitan/
Penjahitan
|
Lasting
|
Pengkasaran/
Amplas
|
Assembling
|
Finishing
|
Barang
Jadi
|
Gambar Skema
umum proses pembuatan sepatu sistem manual.
B. Proses
Persiapan
1. Alat dan bahan yang dibutuhkan
a)
Alat
-
Pensil
-
Penghapus
-
Penggaris
-
Cutter
-
Cuting
mat
Gunting
-
Acuan
-
Tinta
perak
-
Mesin
jahit
-
Mesin
seset
-
Palu
-
Tang
lasting
-
Mesin
buffing
-
Korek
api
-
Paku
lasting
b)
Bahan
-
Kertas
manila
-
Paper tape
-
Kulit
-
Linning
-
Filler
-
Lilin
-
Uncek
-
Texon
-
Lem latex, lem
fox, lem pc, lem G600
C.Proses Pembuatan
Atasan Sepatu Sport
Dalam proses pembuatan atasan sepatu ini
adapun langkah-langkahnya yaitu :
1.
Proses pembuatan desain
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan
·
Pensil
·
Kertas
·
Penghapus
·
cutter
b. Proses pengerjaannya
Pemilihan desain
sepatu sport yang telah ditentukan. Setelah itu amati beberapa komponen yang
ada di dalam sepatu sport yang telah
di pilih. Inilah desain sepatu sport
yang telah dipilih :
2.
Proses pemilihan acuan
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Acuan
b. Proses pengerjaannya
Untuk membuat
sepatu, kita harus menentukan model apa yang akan kita buat salah satunya acuan
adalah salah satu alat yg digunakan untuk menentukan model sepatu yang akan
kita buat. Acuan akan menentukan bentuk dan ukuran sepatu yang akan di buat.
Oleh karena itu pemilihan acuan sangat penting dalam proses pembuatan sepatu.
Gambar Acuan Sport
3.
Proses membalut
acuan
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Acuan
·
Paper
tape
b.
Proses
pengerjaannya
Untuk membuat pola sepatu yang telah
ditentukan, pertama-tama kita balut seluruh bagian upper (atas) acuan.
Pembalutan dilakukan secara melintang dengan saling menumpangi antar papertip
dan setelah itu akan menghasilkan seperti ini
Gambar membalut acuan
4.
Proses pembuatan
menform
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Acuan
yang sudah dibalut
·
Kertas
manila
·
Pensil
·
Penghapus
·
Pita
ukur
b.
Proses pengerjaannya
Untuk membuat menform kita dapat menggambar pola
diatas balutan acuan sesuai dengan gambar dan titik penting yang telah
ditentukan. Acuan yang telah dibalut
selanjutnya mencari titik S, V, Q dengan menggunakan pita ukur yang mana cara
menghitungnya V = 7/10 SL, S = 1/5 SL. Kemudian
potong papertape menggunakan cutter
dari tengah acuan, lepas papertape dari ujung ke belakang secara pelan-pelan,
kemudian tempelkan potongan papertape
itu di kertas manila yang sudah disiapkan lalu ratakan dengan penggaris
kemudian tambahkan untuk lasting allowance 15-18 mm dan potong sehingga menjadi
menform.
Gambar pembuatan
menform
5.
Proses pembuatan
pola
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan
·
Kertas
manila
·
Pensil
·
Penghapus
·
Penggaris
·
Cutter
·
Cutting mat
b.
Proses pengerjaannya
1)
Pola
Dasar
Untuk
membuat pola dasar, kita menggunaka menform yang telah dibuat dan selanjut nya
dengan. Setelah itu tentukan titik penting pada menform yang telah dibuat.
Gambar pola dasar
2) Pola
Potong
Setelah membuat Pola Dasar kemudian
membuat pola potong, sebagai dasar pembuatan pola potong, pola dasar dipecah
menurut komponen dan potongannya dengan mengacu pada tanda jahitan. Pada pecah
pola, pola potong ada penambahan untuk lipatan 5mm dan tumpangan 10mm. Selain
itu diberikan pula tanda slot, serta identitas maupun tanda yang berguna untuk
menentukan komponen in/out. Pola yang dibuat adalah pola upper dan pola lining.
Gambar proses
pembuatan pola
6.
Pola body Linning
(pelapis)
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Menform
·
Kertas
manila
·
Cutter
·
Cutting
mat
b.
Proses
pengerjaannya
Untuk
membuat pola body linning dapat
menggunakan menform yang sudah
dibuat. Berikut gambar body linning
sepatu sport:
Gambar body linning
7.
Pola
Jadi Upper
a.
Alat dan bahan yang dibutuhkan
·
Menform
·
Kertas
manila
·
Cutter
·
Cutting
mat
b.
Proses pengerjaannya
Pembuatan
pola jadi diperoleh dari cerminan pada pola dasar yang dicopykan pada kertas
dengan aturan – aturan tertentu dan disertai dengan marking (tanda) pada setiap
komponennya. Berikut contoh pola jadi upper
8.
Pemotongan Bahan
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Kulit
·
Pola
potong
·
Silver
pen
·
Gunting
b.
Proses pengerjaannya
Pada proses pemotongan bahan
menggunakan pola potong yang dicopy ke
kulit dengan tinta perak dan harus memperhatikan ketentuan ketegangan,
kemuluran kulit dan sesuai dengan sistem interlocking.
9.
Penyesetan (Skiving)
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Mesin
seset
·
Kulit
box yang sudah dipotong
b.
Proses
pengerjaannya
Proses penyesetan kali ini menggunakan
mesin seset, bahan kulit yang sudah dipotong kemudian diseset yang dilakukan
pada bagian tertentu guna mengurangi ketebalan. Penyesetan dilakukan pada
bagian flesh side. Langkah – langkahnya :
- Mesin seset dihidupkan
dengan menekan tombol ON
- Atur mesin dan coba menggunakan
kulit yang tidak terpakai, untuk
memastikan mesin dalam keadaan baik / siap pakai
-
Letakan komponen pada mesin
- Injak pedal mesin
- Atur jalannya kulit yang
sedang diseset
- Permukaan kulit harus
sempurna
- Hasil sesetan rata
Gambar penyesetan
10. Pelipatan (Folding)
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Komponen
·
Pola
jadi
·
Lem
latex
·
Palu
·
Uncek
·
Cutter
b.
Proses
pengerjaannya
Setelah
proses penyesetan selesai selanjutnya proses pelipatan yaitu melipat bagian
tepi komponen. Pola jadi ditempelkan pada sisi luar (grain side) komponen.
Tujuan dari penempelan pola ini supaya hasil lipatan baik dan rata. Komponen
bagian (folded edge) diolesi lem latex dengan merata dan tipis tunggu hingga
agak kering lalu lipat dengan bantuan uncek lalu pukul-pukul menggunakan palu.
Yang harus diperhatikan dalam proses pelipatan yaitu gunakan pola jadi untuk
menyamakan posisi, lem harus diulas dengan rata, pada saat melipat bagian
cekung kulit dipotong miring tidak boleh lebih dari setengah lebar lipatan,
sedangkan saat melipat bagian cembung dibantu dengan uncek.
11. Perakitan
bagian upper
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan
·
Komponen
yang sudah dilipat
·
Lem
fox
·
Palu
b. Proses pengerjaannya
Rakit komponen
menggunakan lem fox sesuai pola
Gambar perakitan upper
12. Penjahitan (stiching)
a.
Alat dan
bahan yang digunakan
·
Mesin
jahit
·
Benang
nylon warna hitam
·
Minyak
b.
Proses
pengerjaannya
·
Jahit zigzag pada bagian body linning sesuai
dengan yg di intruksikan
·
Tempelkan komponen vamp apron dan vamp wing ke
body linning, kemudian jahit.
·
Setelah itu tempelkan bagian quarter in dan out
ke body linning (sesuai dengan gambar) dan kemudian jahit antara quarter dengan
vamp wing dan apron.
·
Kemudian jahit stik balik pada bagian back
counter setelah itu satukan dengan komponen variasi dan jahit.
·
Setelah back counter terpasang, tempelkan back
counter pada bagian body linning.
·
Setelah itu tempelkan variasi quarter pada body
linning dan satukan dengan bagian quarter dan jahit.
·
Kemudian satukan variasi quarter dengan back
counter yg sudah terpasang dan kemudian jahit
·
Setelah itu pasang lidah pada bagian sepatu dan
jahit
·
Setelah semua komponen terpasang pada body
linning, siapkan linning (merines) yang akan di pasangkan pd upper.
·
Pemasangan upper dan linning di stik balik.
·
Setelah
itu dibalikkan dan ditata pada bagian top line.
·
Setelah
itu pasang gabus yg sudah di buat pada bagian top line.
·
Kemudian
lem gabus/spon dan kemudian tekan pada pinggirannya agar gabus tetap stabil
Itulah
sekilas tentang proses pembuatan upper sepatu sport.berikut saya akan tampilkan
beberapa contoh gambar.
13. Finishing
Setelah proses penjahitan selesai. Pasang
tali raffia untuk persiapan lasting. Setelah itu rapikan sisa-sisa benang yang
ada.
Prosesnya
meliputi:
a. Pembersihan
sisa-sisa lem
b. Pembersihan
sisa-sisa benang
c.
Menggunting bagian tepi
kain lapis bagian ujung dan belakang serta bagian yang tidak rapi
Gambar
finishing
D.
Proses Pemasangan upper dengan insole (Lasting)
1.
Pemasangan
Insole
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
·
Insole
·
Paku
·
Palu
b.
Proses
pengerjaannya
·
Polakan
pola bottom ke texon, kemudian potong texon sesuai pola
·
Kemudian balut insole dengan kapas
·
Rapikan sisa kapas dengan gunting
Gambar pemasangan insole
2.
Pemasangan
pengeras
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
·
Pengeras
·
Lem
fox
·
Kuas
b.
Proses
pengerjaannya
·
Pemasangan
pengeras depan (toe puff) dan
belakang (stiffener)
·
Usahakan
pada pemasangan kulit arah dan kemuluran dipasang berlawanan arah
Gambar pemasangan penutup ornamen
·
Polakan
pola pengeras ke bahan menggunakan silver pen lalu potong menggunakan gunting
kemudian seset bagian tepi agar supaya bentuk pengeras tidak membentuk setelah
di lasting.
Gambar
pengeras
·
Sebelum
dipasang pengeras dan upper dilem terlebih dahulu menggunakan lem fox.
·
Pasang
pengeras depan dan belakang menempel pada kulit upper.
·
Olesi
pengeras menggunakan herin dengan merata.
·
Rekatkan
kembali dengan lem fox sampai bagian lasting allowance dan siap dilasting.
Gambar pengeleman lasting allowance
·
Insole
yang sudah dipasang kemudian olesi menggunakan lem fox pada bagian tepi ± 2,5
cm, tunngu hingga mengering dan sudah siap dilasting
3. Proses
lasting
a. Alat dan bahan yang digunakan
·
Upper
·
Insole
·
Lem
fox
·
Palu
b. Proses pengerjaannya
·
upper
dan insole sudah siap dilasting, yang paling penting dalam proses lasting yaitu
bagian depan, belakang dan penarikannya harus kuat.
·
Lepas
paku yang ada di insole terlebih dahulu.
·
Pemasangan
filler pada bagian rongga lasting untuk meratakan permukaan bagian bawah insole
setelah dilasting.
·
Olesi
filler dengan merata dibagian grain side nya.
4. Pemasangan
out sol dan pengepressan
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
sol
·
Cutter
·
Cutting
mat
·
Lem
fox
·
Mesin
buffing
·
Paku
·
Palu
·
Lem
fox
·
Alat press
b.
Proses
pengerjaannya
·
Sediakan sol yang akan dgunakan
·
Pasang dan press sol pada upper
·
Kemudian marking upper sesuai dengan bentuk sol
·
Kemudian lepas sol pada upper
·
Buffing
bagian tepi
·
Setelah di buffing lem semua bagian upper dan
sol dengan rata
·
Masukkan di oven dan tunggu sampai agak lentur
·
Setelah itu pasang sol dengan upper sesuai
dengan marking yang sudah ada
·
Setelah semua telah terpasang, lepas acuan
Gambar proses assembling
5. Pemasangan sock linning
Buat pola sock linning menggunakan pola insole. Polakan ke bahan yaitu vynil dan potong.
Gambar
pemasangan sock linning
E.
Finishing
Finishing merupakan tahapan terakhir dalam proses pembuatan sepatu, untuk mendapatkan hasil yang maksimal terkait
dengan keindahan (estetika) pada sepatu sepatu tersebut. Penyelesaian akhir (finishing)
yang dilakukan antara lain:
·
Pembersihan bekas tinta perak dengan menggunakan
minyak mesin.
·
Pembersihan sisa lem yang menempel dengan karet Crepe.
·
Merapikan benang yang tersisa di sepatu.
Gambar barang jadi
F.
Proses
Pembuatan Atasan Sepatu Pump
Dalam proses pembuatan atasan sepatu ini
adapun langkah-langkahnya yaitu :
1. Proses
pembuatan desain
c. Alat dan bahan yang dibutuhkan
·
Pensil
·
Kertas
·
Penghapus
·
cutter
d. Proses pengerjaannya
Pemilihan
desain sepatu pump yang telah
ditentukan. Setelah itu amati beberapa komponen yang ada di dalam sepatu pump yang telah di pilih.
2. Proses
pemilihan acuan
c.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Acuan
d. Proses pengerjaannya
Untuk membuat
sepatu, kita harus menentukan model apa yang akan kita buat salah satunya acuan
adalah salah satu alat yg digunakan untuk menentukan model sepatu yang akan
kita buat. Acuan akan menentukan bentuk dan ukuran sepatu yang akan di buat.
Oleh karena itu pemilihan acuan sangat penting dalam proses pembuatan sepatu.
Gambar Acuan pump
3. Proses
membalut acuan
c.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Acuan
·
Paper tape
d.
Proses
pengerjaannya
Untuk membuat pola sepatu yang telah
ditentukan, pertama-tama kita balut seluruh bagian upper (atas) acuan. Pembalutan dilakukan secara melintang dengan
saling menumpangi antar papertape dan
setelah itu akan menghasilkan seperti ini
Gambar
membalut acuan
4. Proses
pembuatan menform
c.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Acuan
yang sudah dibalut
·
Kertas
manila
·
Pensil
·
Penghapus
·
Pita
ukur
d.
Proses pengerjaannya
Untuk membuat menform kita dapat menggambar pola
diatas balutan acuan sesuai dengan gambar dan titik penting yang telah
ditentukan. Acuan yang telah dibalut
selanjutnya mencari titik S, V, Q dengan menggunakan pita ukur yang mana cara
menghitungnya V = 7/10 SL, S = 1/5 SL.
Kemudian potong papertape menggunakan
cutter dari tengah acuan, lepas papertape dari ujung ke belakang secara
pelan-pelan, kemudian tempelkan potongan papertape
itu di kertas manila yang sudah disiapkan lalu ratakan dengan penggaris
kemudian tambahkan untuk lasting allowance 15-18 mm dan potong sehingga menjadi
menform.
Gambar
pembuatan menform sepatu
pump
5. Proses
pembuatan pola
c. Alat dan bahan yang dibutuhkan
·
Kertas
manila
·
Pensil
·
Penghapus
·
Penggaris
·
Cutter
·
Cutting mat
d.
Proses pengerjaannya
6. Pola
Dasar
Untuk
membuat pola dasar, kita menggunaka menform yang telah dibuat dan selanjut nya
dengan. Setelah itu tentukan titik penting pada menform yang telah dibuat.
Gambar pola dasar
7. Pola
Potong
Setelah membuat Pola Dasar kemudian
membuat pola potong, sebagai dasar pembuatan pola potong, pola dasar dipecah
menurut komponen dan potongannya dengan mengacu pada tanda jahitan. Pada pecah
pola, pola potong ada penambahan untuk lipatan 5mm dan tumpangan 10mm. Selain
itu diberikan pula tanda slot, serta identitas maupun tanda yang berguna untuk
menentukan komponen in/out. Pola yang dibuat adalah pola upper dan pola lining.
Gambar proses
pembuatan pola
8. Pola
Linning (pelapis)
c.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Menform
·
Kertas
manila
·
Cutter
·
Cutting
mat
d.
Proses
pengerjaannya
Untuk
membuat pola linning dapat menggunakan menform yang sudah dibuat.
Gambar pola linning
9. Pola Jadi Upper
a.
Alat dan bahan yang dibutuhkan
·
Menform
·
Kertas
manila
·
Cutter
·
Cutting mat
b.
Proses pengerjaannya
Pembuatan
pola jadi diperoleh dari cerminan pada pola dasar yang dicopykan pada kertas
dengan aturan – aturan tertentu dan disertai dengan marking (tanda) pada setiap
komponennya. Berikut contoh pola jadi upper
Gambar pola jadi
10. Pemotongan
Bahan
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Kulit
·
Pola
potong
·
Silver
pen
·
Gunting
b.
Proses
pengerjaannya
Pada proses pemotongan bahan
menggunakan pola potong yang dicopy ke
kulit dengan tinta perak dan harus memperhatikan ketentuan ketegangan,
kemuluran kulit dan sesuai dengan sistem interlocking.
11. Penyesetan (Skiving)
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Mesin
seset
·
Kulit
box yang sudah dipotong
b.
Proses
pengerjaannya
Proses penyesetan kali ini
menggunakan mesin seset, bahan kulit yang sudah dipotong kemudian diseset yang
dilakukan pada bagian tertentu guna mengurangi ketebalan. Penyesetan dilakukan
pada bagian flesh side. Langkah – langkahnya :
- Mesin seset dihidupkan
dengan menekan tombol ON
- Atur mesin dan coba menggunakan
kulit yang tidak terpakai, untuk
memastikan mesin dalam keadaan baik / siap pakai
-
Letakan komponen pada mesin
- Injak pedal mesin
- Atur jalannya kulit yang
sedang diseset
- Permukaan kulit harus
sempurna
- Hasil sesetan rata
Gambar penyesetan
12. Pelipatan (Folding)
a.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Komponen
·
Pola
jadi
·
Lem
latex
·
Palu
·
Uncek
·
Cutter
b.
Proses
pengerjaannya
Setelah proses penyesetan selesai
selanjutnya proses pelipatan yaitu melipat bagian tepi komponen. Pola jadi
ditempelkan pada sisi luar (grain side) komponen. Tujuan dari penempelan pola
ini supaya hasil lipatan baik dan rata. Komponen bagian (folded edge) diolesi
lem latex dengan merata dan tipis tunggu hingga agak kering lalu lipat dengan
bantuan uncek lalu pukul-pukul menggunakan palu. Yang harus diperhatikan dalam
proses pelipatan yaitu gunakan pola jadi untuk menyamakan posisi, lem harus
diulas dengan rata, pada saat melipat bagian cekung kulit dipotong miring tidak
boleh lebih dari setengah lebar lipatan, sedangkan saat melipat bagian cembung
dibantu dengan uncek.
13.
Perakitan bagian upper
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan
·
Komponen
yang sudah dilipat
·
Lem fox
·
Palu
b. Proses pengerjaannya
Rakit komponen
menggunakan lem fox sesuai pola.
14. Penjahitan (stiching)
a.
Alat dan
bahan yang digunakan
·
Mesin
jahit
·
Benang
nylon warna hitam
·
Minyak
b.
Proses
pengerjaannya
·
Lipat bagian lidah sesuai dengan marking yg
ditentukan
·
Gabungkan komponen lidah dengan apron kemudian
jahit
·
Setelah itu gabungkan kedua body pump dan stik
balik
·
Setelah itu jahit stik balik pada bagian
belakang sepatu pump
·
Buat saddle dengan melipat rapi sesuai dengan
marking yang sudah ditentukan
·
Lipat seluruh body pum pada bagian top line dan
rapikan
·
Kemudian gabungkan komponen apron dengan body
pump dan jahit
·
Setelah itu buat lah linning yg sudah dirakit
terdiri vamp,quarter, dan back counter
·
Gabungkan terlebih dahulu komponen linning
quarter dengan linning back counter, setelah itu linning vamp
·
Setelah
itu pasangkan dengan body upper pump sesuai dengan marking yang sudah
ditentukan
·
Kemudian
jahit pada bagian top line seluruhnya
·
Setelah
itu trimming pada bagian top line (linning) yang sudah ditentukan.
·
Kemudian
pasang saddle yang sudah di buat dan jahit pada bagian upper diatas apron
Itulah
sekilas tentang proses pembuatan upper sepatu pump.berikut saya akan tampilkan
beberapa contoh gambar.
15.
Finishing
Setelah proses penjahitan selesai. Pasang
tali raffia untuk persiapan lasting. Setelah itu rapikan sisa-sisa benang yang
ada.
Prosesnya
meliputi:
a. Pembersihan
sisa-sisa lem
b. Pembersihan
sisa-sisa benang
c.
Menggunting bagian tepi
kain lapis bagian ujung dan belakang serta bagian yang tidak rapi
Gambar
finishing
G.
Proses Pemasangan upper dengan insole (Lasting)
6.
Pemasangan
Insole
c.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
·
Insole
·
Paku
·
Palu
d.
Proses
pengerjaannya
·
Polakan
pola bottom ke texon, kemudian potong texon sesuai pola
·
Kemudian buat middle sol sesuai dengan pola yang
ditentukan
·
Setelah itu gunakan tamsin agar sebagai penguat
·
Gabungkan middle sol dengan tamsin menggunakan
lem dan gabungkan lagi dengan insole
·
Kemudian press insole dan buffing miring
·
Kemudian paku insole dengan acuan
Gambar pemasangan insole
7.
Pemasangan
pengeras
a.
Alat
dan bahan yang dibutuhkan
·
Pengeras
·
Lem
fox
·
Kuas
b.
Proses
pengerjaannya
·
Pemasangan
pengeras depan (toe puff) dan
belakang (stiffener)
·
Usahakan
pada pemasangan kulit arah dan kemuluran dipasang berlawanan arah
Gambar pemasangan penutup ornamen
·
Polakan
pola pengeras ke bahan menggunakan silver pen lalu potong menggunakan gunting
kemudian seset bagian tepi agar supaya bentuk pengeras tidak membentuk setelah
di lasting.
Gambar
pengeras
·
Sebelum
dipasang pengeras dan upper dilem terlebih dahulu menggunakan lem fox.
·
Pasang
pengeras depan dan belakang menempel pada kulit upper.
·
Olesi
pengeras menggunakan herin dengan merata.
·
Rekatkan
kembali dengan lem fox sampai bagian lasting
allowance dan siap dilasting.
Gambar pengeleman lasting allowance
·
Insole
yang sudah dipasang kemudian olesi menggunakan lem fox pada bagian tepi ± 2,5
cm, tunngu hingga mengering dan sudah siap dilasting
8. Proses
lasting
c. Alat dan bahan yang digunakan
·
Upper
·
Insole
·
Lem
fox
·
Palu
d. Proses pengerjaannya
·
upper dan insole sudah
siap dilasting, yang paling penting dalam proses lasting yaitu bagian depan,
belakang dan penarikannya harus kuat.
·
Lepas
paku yang ada di insole terlebih dahulu.
·
Pemasangan
filler pada bagian rongga lasting untuk meratakan permukaan bagian bawah insole
setelah dilasting.
·
Olesi
filler dengan merata dibagian grain side nya.
9. Pembuatan Outsole dan Penggabungan Dengan
Hak
c.
Alat dan
bahan yang dibutuhkan
·
Sol potong
·
Cutter
·
Cutting
mat
·
Lem
fox
·
Mesin
buffing
·
Paku
·
Palu
d.
Proses
pengerjaannya
·
Bahan
yang digunakan dalam pembuatan outsole yaitu sol potong yang terbuat
dari plastic. Jadi untuk membuat sol ini menggunakan pola insole yang sudah
ditambahkan 2-3 mm
·
Bahan
yang digunakan untuk hak yaitu plastik
·
Polakan
pola pada sol potong dan
potong menggunakan cutter.
·
Buat pola pembungkus hak yang berbahan kulit
·
Bungkus hak dengan kulit tersebut
·
Buffing
bagian tepi sol dan bagian atap sol
·
Amplas bagian kulit dan sol
·
Gabungkan hak dengan sol potong
·
Rekatkan
outsole dan hak menggunakan lem
·
Buat penutup hak menggunakan sisa bahan sol
potong
·
Siapkan
veter untuk memperindah bagian tepi outsole
Gambar proses pembuatan
outsole
10. Proses
Assembling
a. Alat dan bahan yang dibutuhkan
·
Silver
pen
·
Mesin
buffing
·
Amplas
·
Lem
G600
b. Proses pengerjaannya
1) Persiapan
Outsole yang sudah jadi lalu copikan ke upper yang
sudah dilasting menggunakan silver pen, kemudian upper dibuffing.
2) Outsole yang sudah jadi kemudian
diamplas bagian atas untuk membuka pori-pori.
3)
Pemasangan Outsole
Insole yang telah dikasarkan kemudian ulas
menggunakan lem fox secara merata. Sedangkan outsole yang sudah dikasarkan ulas
lem G600 2x dan lem fox. Kemudian often upper dan outsole dengan 100 selama 5menit.
Proses assembling dilakukan dari ujung - belakang - tengah.
4) Pengepresan
Sepatu yang sudah diassembling kemudian
dipress menggunakan palu agar
supaya outsole dan upper merekat dengan sempurna.
·
Pelepasan
acuan
·
Pemasangan paku pada hak
Hal ini berguna agar hak dan upper semakin
kuat
·
Pemasangan
sock linning
Buat pola sock linning menggunakan pola
insole. Polakan ke bahan yaitu vynil
dan potong.
H.
Finishing
Finishing
merupakan tahapan terakhir dalam proses pembuatan sepatu, untuk mendapatkan hasil yang maksimal terkait
dengan keindahan (estetika) pada sepatu tersebut. Penyelesaian akhir (finishing) yang dilakukan antara lain:
·
Pembersihan bekas tinta perak dengan menggunakan
minyak mesin.
·
Pembersihan sisa lem yang menempel dengan karet Crepe.
·
Merapikan benang yang tersisa di sepatu.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
diperoleh dari hasil praktek pembuatan sepatu
adalah sebagai berikut:
1.
Dalam pembuatan alas kaki memerlukan perhatian khusus
agar menghasilkan produk yang berkualitas dan enak dipakai.
2. Kerapihan
sangat penting dalam pembuatan alas kaki.
3. Efisiensi
bahan dan waktu sangat penting dan harus diperhatikan.
B.
SARAN
1.
Periksa kesiapan sarana dan prasarana sebelum praktek
dimulai agar tidak menghambat selama proses pembuatan sepatu serta lebih
efisien waktu agar target dapat tercapai.
2. Perbaiki
mesin-mesin yang tidak dapat berfungsi dengan baik.
3. Perlu
adanya pemeriksaan dan perawatan mesin secara berkala.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi
Asdono Basuki (2010), Teknologi Sepatu I,
Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta
Dwi
Asdono Basuki (2013), Teknologi dan
Produksi Sepatu, Citra Media, Yogyakarta
(2012), Catatan Teknologi Sepatu 2, Akademi
Teknologi Kulit, Yogyakarta
(2012), Catatan
Pengetahuan Material, Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta